Optimasi Maserasi Vanili (Vanilla tahitensis JW Moore) Kering Menggunakan Response Surface Methodology (RSM)
Date
2024Author
Muslim, Nizar Saeful
Hariyadi, Purwiyatno
Andarwulan, Nuri
Metadata
Show full item recordAbstract
Vanilla atau yang dikenal sebagai vanili merupakan tanaman dengan buah yang
memiliki aroma khas yang kerap dijadikan bahan baku dalam industri farmasi,
perisa, makanan pencuci mulut, maupun parfum. Vanilla tahitensis JW Moore
yang memiliki karakteristik buah-buahan (fruity) dengan aroma bunga (floral) kuat
semakin populer dan berpotensi menggantikan Vanilla planifolia Andrews yang
umum digunakan. Indonesia adalah negara eksportir buah vanili, namun
perdagangannya sering terhambat oleh masalah cemaran mikroorganisme.
Pengolahan vanili menjadi ekstrak merupakan upaya untuk mengendalikan risiko
cemaran sekaligus meningkatkan nilai jual vanili. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh metode maserasi optimal Vanilla tahitensis JW Moore sehingga
didapatkan ekstrak vanili yang memiliki daya terima yang baik. Penelitian ini terdiri
dari tiga tahap. Pertama adalah tahap penelitian pendahuluan untuk menentukan
komposisi pelarut (etanol:air) dan waktu maserasi untuk mengekstraksi vanilin
pada buah vanili kering. Tahap kedua adalah optimasi proses maserasi dengan
menggunakan Response Surface Methodology (RSM) untuk mendapatkan kondisi
optimum, dengan parameter efektivitas ekstraksi, kadar etanol, analisis sensori
(hedonik) terhadap aroma, derajat kecerahan, dan total padatan terlarut. Tahap
ketiga adalah verifikasi kondisi optimum hasil prediksi dari RSM. Hasil penelitian
pendahuluan menunjukkan nilai efektivitas ekstraksi tertinggi sebesar 80,09%
dengan potensi tren data yang masih terus naik. Namun, batas bawah dan batas atas
untuk optimasi proses maserasi yang dipilih adalah konsentrasi etanol 60–80% dan
waktu maserasi 21–28 hari, dengan mempertimbangkan hasil penelitian
pendahuluan yang menunjukkankan bahwa semakin tinggi konsentrasi alkohol dan
semakin lama waktu maserasi akan menghasilkan karakteristik warna dan aroma
ekstrak vanili yang kurang disukai. Pada tahap kedua, diperoleh prediksi kondisi
optimum berdasarkan pada nilai keinginan (desirability) tertinggi (0,786), yaitu
pada konsentrasi etanol 60% dan maserasi selama 28 hari. Pada tahap akhir, kondisi
optimum tersebut telah diverifikasi dengan nilai efektivitas ektraksi sebesar
79,13%; kadar etanol 58,60%; tingkat kesukaan 4,36 (suka–sangat suka); derajat
kecerahan 4,66 (berwarna coklat kehitaman); total padatan terlarut 20,28, yang
kesemuanya berada pada kisaran interval prediksi 95%. Pada kondisi optimum ini,
ekstrak vanili yang dihasilkan juga memenuhi persyaratan yang ditetapkan USFood Drug Administration (US-FDA) di mana kadar etanol pada produk akhir
minimal 35% v/v. Ekstrak vanili yang memiliki daya terima yang baik adalah
ekstrak vanili beraroma dominan khas vanilin dengan warna coklat kehitaman. Vanilla is a plant whose fruit has a distinctive aroma, often used as a raw material
in the pharmaceutical, flavoring, dessert, and perfume industries. Vanilla tahitensis
JW Moore, known for its fruity characteristics and strong floral aroma, is becoming
increasingly popular and has the potential to replace the commonly used Vanilla
planifolia Andrews. Indonesia exports vanilla fruit, but its trade is often hampered
by microorganism contamination. Processing vanilla into extract form is an effort
to control the risk of contamination while increasing the selling value of vanilla.
This research aims to obtain an optimal maceration method for Vanilla tahitensis
JW Moore to produce a vanilla extract with good acceptability. This study consists
of three stages. The first stage is preliminary research to determine the solvent
composition (ethanol: water) and maceration time required to extract vanillin from
dried vanilla beans. The second stage is the optimization of the maceration process
using Response Surface Methodology (RSM) to identify optimum conditions, with
parameters including extraction effectiveness, ethanol content, sensory analysis
(hedonic) of aroma, lightness level, and total dissolved solids. The third stage is the
verification of the optimum conditions predicted by RSM. The results of the
preliminary study showed the highest extraction effectiveness value of 80.09%,
with a data trend indicating potential for further increase. However, considering the
results of the preliminary study, the lower and upper limits for the optimization of
the maceration process were set at an ethanol concentration of 60–80% and a
maceration time of 21–28 days. This was due to findings that higher alcohol
concentration and longer maceration time produced less desirable color and aroma
characteristics in the vanilla extract. In the second stage, the prediction of optimum
conditions, based on the highest desirability value (0.786), was at an ethanol
concentration of 60% and maceration for 28 days. In the final stage, the optimum
conditions were verified with an extraction effectiveness value of 79.13%, ethanol
content of 58.60%, preference level of 4.36 (like–very much), lightness level of
4.66 (blackish brown), and total dissolved solids of 20.28, all within the range of
the 95% prediction interval. Under these optimum conditions, the resulting vanilla
extract also meets the requirements set by the US Food and Drug Administration
(US-FDA), where the ethanol content in the final product is at least 35% v/v. The
vanilla extract with good acceptability is characterized by a dominant vanillin
aroma and a blackish-brown color.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2294]