Analisis penerapan manajemen mutu terpadu pada PT Gilland Ganesha
Abstract
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan pun semakin meningkat. Sektor pertanian ada untuk menunjang kebutuhan pangan. Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor penting bagi sektor pertanian karena menghasilkan tanaman bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat. Tanaman bahan pangan tersebut diantaranya dihasilkan oleh komoditi sayuran. Sayuran yang beredar di pasaran saat ini masih didominasi oleh sayuran yang diproduksi dengan sistem pertanian konvensional (non-organik). Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sistem ini memberikan dampak negatif terhadap lingkungan maupun makhluk hidup. Pertanian organik lahir sebagai alternatif untuk memperbaiki sistem konvensional tersebut. Sayuran organik merupakan salah satu komoditi dari pertanian organik yang umum dikonsumsi masyarakat. Manfaat yang terkandung dalam sayuran organik diduga mendorong meningkatnya permintaan masyarakat akan sayuran organik. Sementara, sebagian besar sayuran organik diperoleh masyarakat melalui retail modern. Adanya permintaan ini memacu retail modern untuk menyediakan sayuran organik. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan retail akan pasokan sayuran organik. PT Gilland Ganesha (PT Giga) merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan adanya peluang usaha pasokan sayur organik kepada retail- retail modern. Namun, PT Giga masih mengalami kendala dalam menjalankan usahanya, terutama yang berkaitan dengan mutu. Mutu dalam hal ini merupakan segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupakan suatu pendekatan untuk memaksimumkan daya saing perusahaan untuk mencapai tingkat mutu yang diharapkan demi tercapainya kepuasan pelanggan, sehingga perlu dianalisis mengenai penerapan manajemen mutu PT Giga untuk mencapai pemenuhan keinginan pelanggan. Pelanggan PT Giga merupakan retail-retail modern yang terletak di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Konsep MMT menghendaki kendali mutu yang terintegrasi. Sementara, PT Giga memiliki hubungan kerjasama dengan beberapa Petani Mitra dalam pemenuhan permintaan sayuran organik. Sistem kendali mutu yang terintegrasi demi tercapainya tingkat mutu yang diinginkan harus dilakukan mulai dari tingkat Petani Mitra sebagai produsen sayuran organik. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis penerapan MMT pada PT Giga, (2) menganalisis prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi masalah penerapan MMT pada PT Giga, (3) menganalisis hubungan kemitraan antara PT Giga dan Petani Mitra yang menguntungkan. Penelitian dilaksanakan di PT Giga yang terletak di Cibinong (Kabupaten Bogor). Analisis kemitraan dilakukan terhadap Petani Mitra PT Giga di daerah Cipanas (Cianjur), serta Cisarua dan Darmaga (Bogor). Penelitian dilakukan selama bulan Februari hingga Mei 2009. Penerapan MMT pada PT Giga dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan teknik, unsur, serta prinsip MMT. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diolah menggunakan Software Expert Choice 2000 digunakan untuk menganalisis prioritas faktor penyebab permasalahan penerapan MMT pada PT Giga. Sementara, kemitraan yang dijalankan dianalisis secara deskriptif serta melalui penghitungan R/C rasio Petani Mitra. Penghitungan R/C rasio ini menggunakan Software Microsoft Excel 2007. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, wawancara, dan pengisian kuesioner AHP. Data sekunder diperoleh dari studi literatur serta data-data dari PT Giga, Ditjen Hortikultura dan BPS. Teknik manajemen mutu dilakukan PT Giga pada aktivitas pengadaan, penanganan, dan distribusi sayuran. PT Giga sudah memiliki unsur-unsur dan prinsip-prinsip MMT. Namun, masih terdapat beberapa diantaranya yang belum dilakukan secara maksimal. Penggunaan metode AHP menghendaki dibuatnya struktur hirarki terlebih dahulu. Struktur hirarki yang terbentuk terdiri dari empat tingkat. Tingkat I merupakan fokus yaitu identifikasi penyebab permasalahan MMT di PT Giga. Tingkat II merupakan masalah, tingkat III merupakan faktor penyebab, dan tingkat IV merupakan jenis penyebab. Berdasarkan pengolahan metode AHP, didapatkan permasalahan utama dalam penerapan MMT adalah masalah ketidaksesuaian mutu yang dipengaruhi oleh faktor MoU. Prioritas permasalahan MMT di PT Giga selanjutnya yaitu masalah ketidaksesuaian waktu yang dipengaruhi oleh faktor jarak, masalah tingginya biaya yang dikeluarkan yang dipengaruhi oleh faktor tarif, dan masalah kurangnya jumlah pasokan yang dipengaruhi oleh faktor alam. Jenis penyebab permasalahan MMT sebagian besar masih dalam kontrol PT Giga. Analisis perbandingan R/C rasio pada Petani Mitra menghasilkan bahwa kemitraan yang dijalankan sudah menguntungkan karena menghasilkan nilai R/C rasio lebih dari satu. Nilai R/C rasio Petani Mitra I, baik atas biaya total maupun tunai apabila memasok sayuran kepada PT Giga menghasilkan nilai yang lebih kecil dibandingkan apabila memasok kepada pihak lain. Begitu juga dengan Petani Mitra II. Walaupun dihasilkan nilai R/C rasio yang lebih kecil, tetapi volume penjualan Petani Mitra kepada PT Giga lebih besar. Berbeda dengan kedua Petani Mitra lainnya, R/C rasio Petani Mitra III atas biaya total dan tunai menghasilkan nilai yang lebih besar apabila memasok kepada PT Giga. Adapun, kemitraan ini berbentuk pola dagang umum, di mana masih terdapat dua poin perjanjian yang belum dipenuhi Petani Mitra, yaitu poin pengantaran sayuran serta dalam hal pemenuhan kualitas dan kuantitas sayuran yang dipesan. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah PT Giga dan retail hendaknya melakukan evaluasi dan revisi mengenai MoU yang berlaku terutama dalam ha l menetapkan standar baku sayuran organik yang akan dipasok. Standar baku ini sebaiknya dirumuskan oleh kedua belah pihak. Standar baku yang telah terbentuk hendaknya disosialisasikan kepada petugas sortir masingmasing store, kemudian PT Giga sebaiknya membuat kontrak dengan Petani Mitra dengan mencantumkan rata-rata volume dan jenis sayuran yang akan dipesan setiap harinya, dengan begitu terdapat komitmen dari kedua belah pihak dalam hal jaminan pasokan sayuran. Kelebihan maupun kekurangan pasokan akibat adanya perjanjian ini dapat diatasi PT Giga dengan menambah sarana cold storage. Untuk melengkapi keterbatasan penelitian ini, selanjutnya dapat diadakan penelitian mengenai preferensi konsumen akan sayuran Giga Organic.
Collections
- UT - Agribusiness [4251]