Analisis kelayakan usaha peternakan puyuh pada peternakan puyuh bintang tiga desa Situ Ilir, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor
Abstract
Sektor pertanian mempunyai peran yang besar dalam pembentukan nilai PDB (Produk Domestik Bruto) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi yang cukup besar yaitu peternakan. Subsektor peternakan juga mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap sektor pertanian sebesar 12 persen dengan pangsa tenaga kerja sekitar 30 persen. Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan kadar gizi masyarakat menyebabkan permintaan terhadap hasil subsektor peternakan sebagai sumber protein hewani semakin meningkat pula. Salah satu produk peternakan yang digemari masyarakat adalah telur. Konsumsi dan permintaan telur sebagai sumber pemenuhan protein hewani dari tahun ke tahun selalu bertambah. Usaha peternakan yang cukup prospektif yaitu budidaya puyuh penghasil telur. Telur puyuh memiliki banyak keunggulan dari segi nilai gizi. Telur puyuh mengandung protein yang tinggi namun kandungan lemaknya rendah, sehingga baik untuk diet kolesterol. Selain itu, rasa telur puyuh juga lezat dan dapat disajikan dalam aneka bentuk masakan. Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) adalah salah satu peternakan puyuh yang berlokasi di Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Peternakan ini berdiri pada September 2007, dan saat ini mampu menghasilkan sekitar 8.500 butir telur puyuh. Banyaknya jumlah telur yang dihasilkan per hari oleh PPBT ternyata belum memenuhi semua permintaan pasar. Karena hal tersebut, PPBT berencana untuk melakukan perluasan usahanya sehingga produksi telurnya dapat bertambah. Selain mengembangkan skala usaha telur puyuh, PPBT juga memulai rencana untuk menetaskan sendiri anak puyuh (DOQ) untuk pembibit dengan tujuan menjaga kontinuitas pemenuhan puyuhnya, sehingga PPBT membutuhkan investasi yang besar untuk merealisasikan rencana usahanya tersebut. Puyuh merupakan jenis unggas yang peka terhadap serangan penyakit. Serangan penyakit menyebabkan penurunan produktifitas telurnya. Selain itu komponen biaya pakan adalah biaya yang paling besar dalan pengusahaan puyuh. Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu dilakukan analisis kelayakan pada usaha puyuh PPBT baik usaha yang sedang dijalani sekarang maupun rencana usaha pengembangannya serta perlu dilakukan sensitivitas terhadap penurunan produksi telur dan kenaikan harga pakan. Pada rencana usaha pengembangan juga perlu dilakukan sensitivitas terhadap kenaikan biaya total usaha, sehingga dapat diketahui batas maksimal kenaikan biaya total agar pengembangan usaha tersebut tetap menguntungkan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kelayakan non finansial usaha PPBT pada saat ini (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha PPBT pada usaha puyuh petelur, usaha puyuh petelur dan pembibit maupun pada rencana perluasan usaha puyuh petelur dan pembibit, (3) Menganalisis sensitivitas usaha PPBT, apabila terjadi penurunan produksi telur akibat serangan penyakit dan peningkatan harga pakan. Pada pola usaha pengembangan PPBT dilakukan pula analisis sensitivitas jika terjadi kenaikan biaya total usaha. Analisis data kuantitatif untuk analisis aspek finansial menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. PPBT merupakan peternakan puyuh dengan unit usaha utama berupa telur puyuh. Selain telur PPBT juga menjual pakan, kotoran, puyuh afkir, serta saat ini mulai menjual bibit puyuh. PPBT memiliki tiga kandang grower dan layer, satu kandang starter, serta menggunakan peralatan produksi yang sederhana. sTelur produksi PPBT sebagian besar dijual ke pedagang pengecer, dan beberapa bagian dijual ke bandar asongan di wilayah Bogor. Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha peternakan puyuh yang dijalankan oleh PPBT layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi PPBT dari tiap-tiap aspek. Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga pola usaha. Pola usaha I yaitu usaha puyuh petelur dengan populasi 12.000 ekor dihasilkan nilai NPV Rp 145.175.809,-; Net B/C 1,77; IRR 32 persen dan Payback Period 3,93 tahun atau 3 tahun 11 bulan 5 hari. Pola usaha II yaitu usaha puyuh petelur dan pembibit pada populasi 12.000 ekor, dengan nilai NPV Rp. 171.209.542,- ; Net B/C 1,58; IRR 27 persen dan Payback Period 4 tahun 4 bulan 2 hari. Untuk pola usaha III yaitu pengembangan usaha puyuh petelur dan pembibit pada populasi 24.000 ekor, diperoleh NPV Rp 800.958.779,- ; Net B/C 3,56; IRR 78 persen dan Payback Period 2 tahun 4 bulan 13 hari. Hasil analisis finansial menunjukkan ketiga pola usaha puyuh PPBT layak untuk dijalankan. Berdasarkan perbandingan hasil analisis kelayakan, maka pola usaha III (pengembangan usaha puyuh petelur dan pembibit) merupakan pola usaha yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan pola usaha I dan pola usaha II. Nilai NPV pola usaha III lebih besar dari pola usaha I dan II. Demikian pula dengan hasil nilai Net B/C dan IRR pada pola usaha III lebih besar dibandingkan kedua pola yang lainnya. Masa pengembalian biaya investasi (payback periode) pola usaha III juga lebih cepat dibandingkan pola usaha I dan II. Jenis pola usaha yang memiliki tingkat sensitivitas terkecil terhadap perubahan-perubahan yang terjadi adalah pola usaha III yaitu usaha pengembangan puyuh petelur dan pembibit pada populasi puyuh 24.000 ekor dengan batas maksimal penurunan produksi telur sebesar 12,5335 persen dan kenaikan harga pakan 15,2893 persen. Menurut perbandingan hasil analisis switching value, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perubahan jumlah produksi telur puyuh adalah perubahan yang paling sensitif terhadap kelayakan ketiga pola usaha apabila dibandingkan dengan perubahan harga pakan. Selain itu pola usaha III merupakan jenis usaha yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dengan batas maksimal kenaikan biaya usaha sebesar 9,6735317 persen.
Collections
- UT - Agribusiness [4618]