Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat
Abstract
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggul perkebunan Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari posisi Indonesia dalam memproduksi biji kakao menempati urutan ketiga, setelah Pantai Gading (Ivory Coast) dan Ghana. Cokelat merupakan produk turunan dari kakao. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah cokelat adalah dengan mengolah cokelat menjadi bahan olahan yang bermutu, baik berupa batangan cokelat, bubuk cokelat, permen cokelat, hingga kue cokelat dengan beragam bentuk. Dalam perkembangannya, industri pengolahan cokelat tidak hanya didominasi oleh perusahaan besar saja, namun usaha kecil dan menengah pun memberikan andil dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Usaha Kecil dan Menengah, yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan Kota Bogor. Salah satu UKM di Kota Bogor yang berkembang sejak enam tahun terakhir adalah UKM "Waroeng Cokelat". "Waroeng Cokelat" memproduksi beraneka macam praline (permen cokelat) dan cookies (kue kering) dengan bahan baku cokelat. “Waroeng Cokelat” adalah salah satu UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor yang berdiri sejak tahun 2002. Permintaan produk "Waroeng Cokelat" meningkat pada musim Idul Fitri, Natal maupun Valentine. Permintaan yang meningkat menimbulkan beberapa kendala "Waroeng Cokelat" dalam menjalankan usahanya. Meningkatnya permintaan, menyebabkan "Waroeng Cokelat" membutuhkan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak, karena tidak memiliki tenaga kerja yang bersifat tetap (tenaga kerja borongan). Selain itu, terbatasnya modal yang dimiliki dan belum optimalnya promosi merupakan kendala yang dihadapi "Waroeng Cokelat" saat ini. Dari sisi eksternal, banyak bermunculan usaha-usaha sejenis yang memproduksi cookies maupun praline pada hari raya Idul Fitri, Natal ataupun Valentine menyebabkan meningkatnya persaingan usaha sejenis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki “Waroeng Cokelat”, kemudian merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diaplikasikan pada usaha “Waroeng Cokelat”. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, tahapannya yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Setelah itu, faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM. Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE, faktor strategis eksternal yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi "Waroeng Cokelat" 3 yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor dengan nilai rata-rata yaitu 0,376. Faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman bagi "Waroeng Cokelat" yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,120. Hal ini disebabkan karena usaha ini tidak memerlukan skala ekonomi yang besar, selain itu untuk memasuki usaha ini hanya membutuhkan modal awal yang relatif kecil. Hasil analisis dengan matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total score sebesar 2,572, hal ini menunjukkan bahwa "Waroeng Cokelat" berada di atas rata-rata (2,5). Total score sebesar 2,572 mengindikasikan bahwa "Waroeng Cokelat" merespon dengan baik peluang dan ancaman yang ada dalam usahanya. Dengan kata lain, strategi "Waroeng Cokelat" secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan efek yang mungkin timbul dari ancaman eksternal. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi "Waroeng Cokelat" yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan dengan nilai score rata-rata yaitu sebesar 0,342. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi belum optimal dengan nilai score rata-rata yaitu sebesar 0,106. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total score berada di bawah rata-rata yaitu sebesar 2,549. Hal ini mengindikasikan bahwa "Waroeng Cokelat" dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya. Berdasarkan hasil analisis matriks EFE diperoleh total score sebesar 2,572 dan total score IFE yaitu sebesar 2,549. Dari kedua matriks tersebut yaitu EFE dan IFE, kemudian dipadukan dalam matriks IE. Hasil perpaduan tersebut menempatkan "Waroeng Cokelat" pada posisi sel V. Strategi yang digunakan pada sel V ini adalah pertahankan dan pelihara (hold and maintain) berupa strategi penetrasi pasar (market penetrasion) dan pengembangan produk (product development). Terdapat delapan alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu (1) memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (2) pengembangan produk, (3) mengoptimalkan promosi, (4) meningkatkan modal usaha, (5) memilih lokasi usaha yang strategis, (6) melakukan produksi secara kontinyu, (7) mempertahankan dan meningkatkan jenis serta kualitas produk, (8) menambah tenaga kerja penyalur/distibutor. Berdasarkan hasil dari pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat dijalankan "Waroeng Cokelat" berdasarkan penjumlahan TAS yang terbesar. Prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh "Waroeng Cokelat" saat ini yaitu mengoptimalkan promosi dengan nilai TAS tertinggi yaitu sebesar 8.438.
Collections
- UT - Agribusiness [4611]