Analisis pengaruh penetapan peraturan pemerintah No.19 Tahun 2003 terhadap permintaan rokok kretek dan tenaga kerja industri rokok kretek di Indonesia
Abstract
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya sumberdaya manusia (SDM). Menurut data BPS tahun 2007 jumlah penduduk Indonesia mencapai 225 juta orang. Selain itu, Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis sehingga memiliki sumberdaya alam (SDA) yang banyak dan subur. Banyaknya SDM dan SDA ini akan lebih lagi apabila ada suatu sektor industri yang bisa memanfaatkan kedua faktor tersebut. Industri yang mampu memanfaatkan hal tersebut salah satunya industri rokok. Industri ini membutuhkan tembakau sebagai bahan baku dan tenaga kerja untuk memproduksinya. Industri rokok kretek paling mendominasi dibandingkan dengan industri rokok lainnya. Kontribusi perusahaan di industri rokok kretek terhadap perusahaan industri rokok secara total sekitar 97 persen sedangkan kontribusi rokok putih hanya 3 persen. Industri rokok kretek terdiri dari industri rokok kretek mesin dan industri rokok kretek tangan. Gabungan dari kedua industri kretek tersebut mampu menyerap tenaga kerja yang besar mencapai 659.000 orang pada tahun 2007. Selain itu, hal positif yang lain adalah industri rokok merupakan penyumbang cukai terbesar dalam penerimaan cukai pemerintahan yang besar kontribusinya bisa mencapai sekitar 97 persen yaitu sebesar 43,54 triliun rupiah pada tahun 2007. Penyerapan tenaga kerja yang besar serta berkontribusi secara besar terhadap penerimaan cukai Indonesia merupakan hal yang positif dari berkembangnya industri rokok, tetapi rokok itu sendiri tidak baik bagi kesehatan karena rokok memiliki kandungan zat nikotin, tar serta barang-barang beracun lainnya. Melihat akan bahaya rokok, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2003 (PP No.19 Tahun 2003) tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh PP No.19 Tahun 2003 terhadap permintaan rokok kretek. Selain itu,tujuan penelitian ini adalah menganalisis permintaan tenaga kerja industri rokok kretek di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa jumlah permintaan rokok, harga rokok kretek, PDB per kapita, jumlah penduduk usia perokok, dummy PP No.19 Tahun 2003, investasi, upah, jumlah tenaga kerja, PDB, PDB tahun sebelumnya serta jumlah perusahaan. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Industri Minuman dan Tembakau Departemen Perindustrian, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta berbagai literatur dan internet. Metode untuk menganalisis adalah metode regresi Komponen Utama dan alat analisis yang digunakan adalah Minitab 14 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan untuk persamaan permintaan rokok kretek bahwa harga rokok kretek, PDB per kapita, jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan serta dummy PP No.19 Tahun 2003 tidak ada perbedaan nyata ketika dummy PP No.19 Tahun 2003 diberlakukan terhadap permintaan rokok kretek. Untuk persamaan yang kedua, upah, investasi, PDB, PDB tahun sebelumnya, jumlah perusahaan berpengaruh signifikan serta dummy PP No.19 Tahun 2003 berpengaruh signifikan yang artinya ada perbedaan nyata ketika dummy PP No.19 Tahun 2003 diberlakukan terhadap permintaan tenaga kerja industri rokok kretek di Indonesia.terhadap permintaan tenaga kerja industri rokok kretek. Oleh karena itu, jika pemerintah ingin mencapai tujuan PP No.19 Tahun 2003 yang ingin melindungi kesehatan masyarakat, melindungi penduduk usia produktif maupun meningkatkan kesadaran, kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya kesehatan terhadap penggunaan rokok maka sebaiknya meningkatkan tarif cukai rokok yang tinggi agar masyarakat mengurangi mengkonsumsi rokok, pemerintah melakukan razia rokok secara intensif agar perokok jera, dan menghukum dan mendenda bagi perusahaan rokok yang masih melanggar jam tayang maupun promosi rokok yang sudah ditetapkan.