Analisis pengaruh pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah sebagai modal kerja terhadap indikator kemiskinan dan pendapatan mustahiq
Abstract
Kemiskinan merupakan masalah fundamental yang tengah dihadapi oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut adalah melakukan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin. Mengingat bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, maka peluang untuk melakukan upaya pengentasan kemiskinan dengan menggunakan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) terbuka lebar. Program Ikhtiar merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan dana ZIS yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baytul Maal (BM) Bogor, Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Mustadh’afin (Peramu), dan Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK). Program Ikhtiar adalah program pendayagunaan ZIS yang dilakukan melalui pemberdayaan berbasis komunitas dengan mekanisme kelompok dan ditujukan secara khusus bagi kaum perempuan. Sejak pertama kali dijalankan pada tahun 1999, dana ZIS yang digulirkan hingga tahun 2008 telah mencapai Rp 7,353 milyar yang disalurkan kepada 5.115 orang anggota. Meski terus mengalami pertumbuhan yang pesat, baik dari sisi penyaluran dana maupun jumlah anggota, namun upaya pemberdayaan ekonomi yang dilakukan melalui Program Ikhtiar belum dapat dikatakan berhasil apabila tidak terjadi perubahan pada indikator kemiskinan para anggotanya. Perubahan indikator kemiskinan tersebut antara lain dicerminkan oleh tingkat pendapatan anggota setelah mengikuti Program Ikhtiar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan Program Ikhtiar terhadap indikator kemiskinan dan pendapatan per kapita mustahiq (penerima zakat). Penelitian dilakukan dengan mengambil studi kasus pada salah satu wilayah tempat dilaksanakannya program Ikhtiar, yaitu di desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pada desa tersebut, diambil 45 orang responden sebagai sampel penelitian. Responden adalah para mustahiq anggota Program Ikhtiar yang menggunakan pembiayaan terakhirnya dalam Program Ikhtiar untuk modal kerja. Indikator kemiskinan mustahiq dianalisis dengan menggunakan FGT Index yang terdiri dari headcount ratio (H) yang menggambarkan persentase orang miskin dalam suatu populasi yang diobservasi, indeks kedalaman kemiskinan/poverty depth index (P1) yang menggambarkan kesenjangan antara pendapatan orang miskin dengan garis kemiskinan, dan indeks keparahan kemiskinan/poverty severity index (P2) yang menggambarkan distribusi pendapatan di antara orang miskin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai H, P1, dan P2 mengalami penurunan setelah mustahiq mengikuti Program Ikhtiar. Pengaruh Program Ikhtiar terhadap pendapatan per kapita mustahiq dianalisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada taraf nyata 1 persen, variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pendapatan per kapita mustahiq adalah pendapatan mustahiq yang diperoleh dari usaha yang menggunakan dana dari Program Ikhtiar dan variabel dummy keaktifan bekerja mustahiq. Oleh karena itu, Yayasan Peramu sebagai salah satu lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan Program Ikhtiar khususnya dalam hal pembinaan dan pendampingan anggota perlu melakukan pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang disesuaikan dengan potensi mustahiq dan lingkungannya. Pelatihan ini diperlukan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan wirausaha mustahiq, apalagi jika mengingat tingkat pendidikan mustahiq tergolong rendah dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per kapita mustahiq. Besarnya modal/pembiayaan yang diterima dan banyaknya mustahiq melakukan pembiayaan melalui Program Ikhtiar tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pendapatan per kapita mustahiq. Hal ini karena modal yang didapatkan mustahiq tergolong relatif kecil dan pada sebagian mustahiq dana untuk modal tersebut justru digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Oleh karena itu, pihak manajemen Koperasi BAIK, Yayasan Peramu, dan BM Bogor perlu melakukan evaluasi terhadap tingkat plafon yang diberikan dalam pembiayaan produktif agar besarnya plafon tersebut efektif untuk meningkatkan pendapatan mustahiq. Proses monitoring penggunaan dana dengan meminta buktibukti transaksi dari mustahiq juga perlu diperketat agar penggunaan dana pembiayaan tetap sesuai dengan akad yang telah dibuat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan berpengaruh signifikan, namun berhubungan negatif dengan pendapatan per kapita mustahiq. Hal ini mengindikasikan pentingnya perencanaan dalam sebuah keluarga, khususnya perencanaan mengenai jumlah anak. Oleh karena itu, anggota perlu mendapatkan pendidikan mengenai perencanaan keluarga. Dalam hal ini Yayasan Peramu dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait yang concern terhadap masalah keluarga dan kependudukan, misalnya dengan BKKBN untuk memberikan pendidikan mengenai perencanaan keluarga kepada para mustahiq.