Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan
Abstract
Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri, peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura. Bawang merah (Allium ascolanicum L) adalah salah satu komoditas hortikultura yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan, dan penyedap masakan karena aroma dan rasanya yang khas. Bawang merah mempunyai potensi dan peluang yang cukup baik sebagai komoditas agribisnis, karena termasuk komoditas sayuran unggulan Indonesia setelah kol/kubis dan kentang. Setelah dipanen bawang merah tidak dapat disimpan lama karena mudah rusak dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Maka dari itu, diperlukan upaya penanganan pasca panen yang baik untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomi bawang merah misalnya diolah menjadi bawang goreng. PO Mekar Wangi adalah salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan industri dengan menggunakan bahan baku bawang merah untuk menghasilkan bawang goreng. PO Mekar Wangi telah berdiri lama, akan tetapi dalam menjalankan usahanya masih menghadapi permasalahan yang menyebabkan perkembangan usaha yang tidak signifikan. Ini ditunjukkan dengan omzet dan jumlah produksi perusahaaan yang relatif tetap. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan, dan merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk pengembangan usahanya. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Kemudian faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM. Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE, faktor strategis eksternal yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi PO Mekar Wangi adalah bawang merah goreng sebagai produk unggulan Kabupaten Kuningan dengan nilai tertimbang 0.308. Faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman bagi PO Mekar Wangi adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), ini dapat dilihat pada nilai tertimbangnya yaitu sebesar 0.182. Karena pada umumnya industri kecil sangat tergantung dan masih menggunakan bahan bakar minyak. Dampak dari kenaikan harga BBM bagi industri adalah meningkatnya biaya produksi sehingga produktivitas perusahaan menjadi berkurang. Hasil analisis dengan matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total nilai tertimbang sebesar 2.654, ini menunjukkan industri bawang goreng PO Mekar Wangi berada di atas rata-rata (2.50). Total nilai tertimbang 2.654 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi PO Mekar Wangi yaitu modal usaha sendiri lebih besar daripada modal pinjaman dengan nilai tertimbang 0.24, hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku dan sarana transportasi dengan nilai tertimbang 0.232. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi yang kurang maksimal, ditunjukkan dengan nilai tertimbang 0.093. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total nilai tertimbang berada pada rata-rata yaitu sebesar 2.508, ini mengindikasikan posisi internal PO Mekar Wangi cukup kuat. Dengan kata lain perusahaan telah dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya, meskipun belum sepenuhnya. Hasil analisis dengan matriks EFE diperoleh total nilai tertimbang sebesar 2.654 dan total nilai tertimbang dari matriks IFE sebesar 2.508, menempatkan perusahaan pada sel V dalam matriks IE. Strategi terbaik yang dapat diterapkan adalah strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini. Beberapa alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan (S6,7 dan O3,5,6), diversifikasi produk dalam rasa yang bervariasi seperti rasa asin dan pedas (S7 dan O3,6,7), menjaga kontinuitas produksi untuk mengembangkan pasar (W3 dan O3,6,7), promosi secara ekstensif untuk memperluas wilayah pemasaran (W4 dan O3,5), merekrut karyawan dan meningkatkan kemampuan manajerial (W1,2,5 dan O1,2,4,5), memperbaiki kemasan produk (W6 dan O1,2,3,4,6,7), mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk (S7 dan T3,4), mempererat kerjasama dengan sub sistem hulu dan sub sistem hilir (S2,4 dan T1,3,4), serta melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (W2,6 dan T2,3,4) Berdasarkan hasil dari pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat dijalankan PO Mekar Wangi berdasarkan penjumlahan TAS yang terbesar. Tiga prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan yaitu promosi secara ekstensif untuk mengembangkan pasar (nilai TAS = 5.402), mempererat kerjasama dengan sub sistem hulu dan sub sistem hilir (nilai TAS = 5.296), serta mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk (nilai TAS = 5.172).
Collections
- UT - Agribusiness [4611]