Karakteristik Produksi Sapi Lokal di RPH Ciawitali Kabupaten Garut Untuk Kebutuhan Pasar Tradisional
Date
2024Author
Prilyadi, Ghassani Tsurraya
Priyanto, Rudy
Nuraini, Henny
Metadata
Show full item recordAbstract
Daging sapi lokal merupakan salah satu sumber protein hewani yang digemari
oleh masyarakat Indonesia. Pada umumnya, daging sapi lokal didapatkan dari
pemotongan sapi di rumah pemotongan hewan (RPH). RPH Ciawitali merupakan
salah satu RPH milik pemerintah Kabupaten Garut yang paling produktif. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengevaluasi produktivitas ternak dan karkas sapi lokal
berdasarkan karakteristik produksi rumpun, jenis kelamin, umur, body condition
score (BCS), bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas yang diamati
selama tiga minggu pemotongan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
dan analisis one way ANOVA dengan uji lanjutan Duncan. Hasil penelitian
menunjukkan sapi yang paling banyak dipotong adalah sapi Peranakan Limousin
(42%), berjenis kelamin betina (74%), umur I2 (34%) dan memiliki skor BCS 3
(41%). Sapi lokal yang dipotong memiliki rataan bobot potong 371,438±93,54 kg,
bobot karkas 162,693±50,40 kg serta persentase karkas 43,42±0,43%. Hasil
menunjukkan produktivitas ternak dan karkas sapi yang dipotong masih rendah dan
dibawah rataan produktivitas sapi nasional. Local beef is one of the most popular animal protein sources in Indonesia.
Generally, local beef is obtained from slaughtering local cattle in abbatoirs.
Ciawitali abbatoir is one of the most productive abbatoirs owned by the Garut
Regency government. The objective of this study was to evaluate the productivity
of cattle and carcasses of local cattle based on the production characteristics, which
is the cattle’s breed, sex, age, body condition score (BCS), slaughter weight, carcass
weight and beef yield observed during three weeks of slaughter. This study used
decriptive analysis and one way ANOVA analysis with Duncan’s further test. The
result showed that the most slaughteres cattle were Peranakan Limousin cattle
(42%), female cattle (74%), age I2 (34%) and had BCS score 3 (41%). Local cattle
slaughteres had an average slaughter weight of 371,438±93,54 kg, carcass weight
of 162,693±50,40 kg and beef yield 43,42±0,43%. The results show that the
productivity of local cattle slaughtered is still low and below the average national
cattle productivity.