Optimasi Formula Hard Capsule Berbasis Konjak Glukomanan dan Karagenan
Date
2024Author
Herman, Winda
Sunarti, Titi Candra
Raharja, Sapta
Syamsu, Khaswar
Metadata
Show full item recordAbstract
Konjak glukomanan memiliki keunggulan sebagai bahan pembentuk gel
dan lapisan film berbasis biopolimer, sehingga berpotensi untuk dikembangkan
sebagai bahan substitusi gelatin pada pembuatan hard capsule. Penelitian ini
bertujuan untuk merancang kondisi optimum dari formula hard capsule berbasis
konjak glukomanan dan karagenan. Metode yang digunakan yaitu Response
Surface Methodology (RSM), model Box-Behnken Design (BBD) pada program
design expert 13.0. Variabel faktor yang dianalisis adalah rasio konjak
glukomanan (X1), karagenan (X2) dan gliserol (X3) dengan variabel respon yaitu
kadar air kapsul dan disintegrasi kapsul. Uji pendukung lainnya yaitu spesifikasi
hard capsule dan kinerja disolusi obat yang dikemas oleh hard capsule dari
kondisi optimum. Kondisi optimum yang direkomendasikan RSM dari hasil
optimasi formula yaitu konjac glukomanan 2,84%, karagenan 1,81% dan gliserol
0,11% dengan tingkat desirability 0,910% atau setara dengan 91%. Setelah
dilakukan uji validasi diperoleh kadar air kapsul 7,23% dan disintegrasi kapsul
10,35 menit. Hasil validasi kondisi optimum yang direkomendasikan terhadap
nilai respon yang didapatkan sudah sesuai dengan target yaitu sebesar 91%.
Penampakan hard capsule kombinasi konjak glukomanan dan karagenan
memiliki warna bening agak keruh, terdapat bintik-bintik butiran konjak
glukomanan yang belum larut sempurna dan juga terdapat gelembung udara
(Bubble) yang terperangkap didalam larutan hard capsule pada saat pencetakan
sehingga menyebabkan permukaan hard capsule tidak terlihat mulus. Meskipun
penampakan permukaan kapsul yang dihasilkan mempengaruhi daya tarik secara
estetika, tetapi tidak mempengaruhi hard capsule secara fungsional dalam
penghantaran obat. Kinerja drug delivery system dalam penelitian ini dirpengaruhi
oleh spesifikasi pada hard capsule, dimana ketebalan kapsul yang rendah dapat
mempercepat waktu disintegrasi kapsul sehingga obat dapat dilepaskan dalam
waktu singkat. Hasil pengujian menunjukkan waktu pecah kapsul berkisar antara
2-7 menit, kemudian obat dilepaskan 80% dalam waktu 6-12 menit dan
eritromisin stearat dalam kapsul terdisolusi sebesar 49,19% dalam waktu 120
menit, nilai ini masih rendah dari standar farmakope Indonesia dimana eritromisin
stearat harus larut tidak kurang dari 75% dalam waktu 120 menit pada jumlah
etiket yang tertera. Pada penelitian ini pemodelan kinetika disolusi dilakukan
untuk menggambarkan laju pelepasan obat dan model pelepasannya. Model
kinetika Higuchi menggambarkan disolusi eritromisin stearat terbaik dari model
lainnya. Model kinetika Higuchi memberikan nilai Rsqr adj dan MSC terbesar,
serta nilai AIC dan MSE terkecil dari model kinetik lainnya. Kinetika pelepasan
obat higuchi menjelaskan pelepasan obat sebagai proses difusi melalui bahan
penghalang atau matriks. Model ini termasuk pelepasan obat yang semakin lama
zat aktifnya akan dilepaskan dengan kecepatan rendah.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2256]