Peranan Perempuan dalam Usaha Tani Hutan Rakyat Kayu Manis (Cinnamomum Burmnlnii BI.) dan dalam Perekonomian Keluarga (Studi Kasus di Desa Lawang Mandahiliang, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat)
Abstract
Pengelolaan usahatani hutan rakyat kayu manis telah lama diusahakan secara turun-temurun. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah rumahtangga petani sebagai inti dari pengelolaan hutan rakyat yang berperan sebagai pengusaha sekaligus tenaga kerja . Perempuan merupakan salah satu anggota keluarga yang ikut berperan di hutan rakyat. Namun peranan yang diberikan perempuan belum banyak diketahui dan kurang mendapatkan perhatian. Berdasarkan masalah di atas maka dilakukan penelitian tentang peranan perempuan dalam usahatani hutan rakyat kayu manis dan dalam perekonomian keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas kerja perempuan dan peranan perempuan dalam hal pengambilan keputusan pada kegiatan usahatani hutan rakyat kayu manis serta mengetahui kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan rumahtangga. Penelitian ini merupakan studi kasus di Desa Lawang Mandahiliang, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Waktu penelitian dimulai pada tanggal9 September sampai dengan 10 Oktober 2000. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Responden yang dipilih adalah rumahtangga petani usahatani hutan rakyat kayu manis sebanyak 40 rumahtangga yang terdiri dari 23 rumahtangga petani hutan rakyat dengan pola tumpangsari dan 17 rumahtangga petani hutan rakyat dengan pola monokultur. Pengumpulan data primer menggunakan daftar is ian, wawancara dan observasi langsung, sGdangkan data sekunder diperoleh dari laporan instansi terkait dan Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Kegiatan yang dilakukan pada pengeloiaan usahatani hutan rakyat kayu manis adalah perbanyakan tanaman (menggunakan tunas batang), penanaman, pemeliharaan berupa penyiangan terhadap tumbuhan pengganggu, pemanenan (sistem situmbuk dan pohon dipukul), pengulitan batang, dahan dan ranting serta pembersihan kulit dan penjualan (melalui pedagang pengumpul). Aktifitas kerja perempuan dilihat dari curahan waktu kerja yang dikeluarkan pada setiap kegiatan. Perempuan pada rumahtangga pola tumpangsari memberikan curahan waktu kerja lebih besar (81,6 jam atau 37,1 %) dibandingkan monokultur (36,5 jam atau 27,8 %) karena perempuan pada pola tumpangsari selain memelihara pohon kayu manis juga memelihara tanaman tumpangsari. Kegiatan yang menonjol dilakukan oleh perempuan adalah kegiatan pengulitan dahan/ranting dan pembersihan kulit (l00 %), penjemuran (l00 %) dan tumpangsari (50,3 %). Kegiatan ini masih dilakukan secm·a tradisional. Pengetahuan dan ketrampilan perempuan tentang kegiatan ini masih rendah serta informasi pasar masih kurang. Dalam pengambilan keputusan, perempuan pada rumahtangga petani tumpangsari dominan dalam pengambilan keputusan pada kegiatan penjemuran (82,6 %), pengupahan tenaga kerja (70,6 %) dan tumpangsm·i yaitu waktu penanaman (78,3 %) dan jenis tanaman yang akan ditanmn (69,6%). Begitu pula dengan perempuan pada rumahtangga petani monokultur, perempuan dominan dalmn pengambilan keputusan pada kegiatan penjemuran (88,2 %) dan pengupahan tenaga kerja (65,2 %). Secara keseluruhan dari semua kegiatan, pengambilan keputusan dominan (52,7 %) dilakukan secara bersama-sama antara perempuan (istri) dan lakilaki (suami). Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi (usahatani hutan rakyat kayu manis, dagang, buruh dan kegiatan lain) dapat memberikan kontribusi ekonomi untuk pendapatan total rumahtangga yaitu sebesar Rp 1.749.800,00 (25,8 %). Perempuan pada pola tumpangsari memberikan rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.933.400,00 (26,2 %) dan pola monokultur sebesar Rp 1.566.100,00 (25,3 %). Keterlibatan perempuan pada usahatani hutan rakyat kayu manis memberikan kontribusi pendapatan
Collections
- UT - Forest Management [2811]