Kajian Strategi Teknologi Dalam Meningkatkan Daya Saing Teh Di Pt. Cibuniwangi, Tasikmalaya
View/ Open
Date
2000Author
Setiabakti, Devi
Gumbira, Said, E
Hermawati, Wati
Metadata
Show full item recordAbstract
Industri teh di Indonesia terus berkembang, karena teh mempunyai peranan penting sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara. Sebagai produsen teh utama dunia, Indonesia mengekspor sebagian besar (65%) dari teh yang dihasilkan dalam bentuk teh hitam dan teh hijau, dan sisanya (35%) diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk olahan teh (Rachman, 1998). Situasi pasar teh dunia saat ini merupakan tantangan bagi pengusaha teh Indonesia agar tetap eksis dipasaran dunia. Upaya untuk mengantisipasinya adalah dengan melakukan aliansi atau kemitraan, baik dengan pengusaha teh dari dalam negeri maupun dari luar negeri, karena dengan melakukan aliansi, pihak yang bermitra akan mendapatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan. Pada industri teh, aliansi tersebut saat ini lebih tepat ditujukan pada upaya memperoleh akses pasar dan akses terhadap teknologi.
Teh yang berasal dari hasil pengolahan pucuk teh merupakan salah satu minuman yang menyegarkan selain kopi yang cukup terkenal di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Kondisi ini mendorong PT. Cibuniwangi untuk terus berupaya memenuhi dan meningkatkan permintaan tersebut (terutama PT. Sosro Indonesia). Memasuki era pasar bebas PT. Cibuniwangi akan menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, baik dari dalam negeri sendiri maupun pesaing dari luar negeri yang akan memasuki pasar Indonesia. Dalam upaya untuk mengantisipasi keadaan tersebut, PT. Cibuniwangi perlu memanfaatkan teknologi yang tersedia dalam perusahaan seoptimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan mengelola komponen teknologi yang terdiri dari perangkat teknologi itu sendiri, sumber daya manusia yang tersedia, informasi yang dimiliki dan pengelolaan organisasi perusahaan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
permintaan pasar.
Berdasarkan kondisi yang dihadapi perusahaan tersebut dan dalam rangka menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka rumusan masalah pada geladikarya ini difokuskan pada "Bagaimana strategi teknologi yang diterapkan oleh PT. Cibuniwangi dalam upaya meningkatkan mutu teh yang diproduksi". faktor yang mempengaruhi kemampuan teknologi perusahaan dan (3) Memberikan alternatif strategi teknologi dalam rangka meningkatkan mutu teh yang dihasilkan.
Tujuan dari pelaksanaan geladikarya ini adalah (1) Mengidentifikasi status komponen teknologi perusahaan, (2) Mengidentifikasi dan menganalisa faktor-
Ruang lingkup geladikarya ini dibatasi oleh (1) Kajian terhadap elemen- elemen internal dan eksternal perusahaan serta terhadap perangkat teknologi
(technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (inforware) dan perangkat organisasi (orgaware) untuk penentuan strategi teknologi pengolahan
teh yang dilaksanakan oleh perusahaan dan (2) Kajian hanya dilakukan pada tahap pemberian alternatif, sedangkan implementasi strategi selanjutnya diserahkan pada
manajemen PT. Cibuniwangi.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisa deskriptif. Untuk melihat posisi perusahaan digunakan analisa internal dan eksternal perusahaan dengan menggunakan alat analisa Matriks IFE, Matriks EFE dan Matriks IE. Analisa manajemen teknologi menggunakan metode Science and Technological Management Information System (STMIS) terhadap indikator Transformasi Teknologi, yaitu perangkat teknologi, perangkat manusia, perangkat informasi dan perangkat organisasi serta indikator Kemampuan Teknologi. Data diolah dengan program Minitab for Windows dengan alat analisa Mann-Whitney Test dan Chi-Square Test. Untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap strategi teknologi maka digunakan Identifikasi SWOT.
Berdasarkan hasil analisa dengan matriks internal - eksternal, diketahui bahwa PT. Cibuniwangi terletak pada posisi Pertumbuhan dan Stabilitas. Pada posisi ini strategi tingkat korporat (grand strategy) adalah strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal antar lini manajemen dengan melakukan ekspansi untuk pertumbuhan melalui ekstensifikasi, intensifikasi dan akuisisi. Strategi tingkat korporat ini penerapannya akan dijabarkan dalam strategi teknologi melalui kajian manajemen teknologi terhadap indikator transformasi teknologi dan indikator kemampuan teknologi.
Hasil pengkajian indikator transformasi teknologi terhadap empat komponen teknologi PT. Cibuniwangi, diketahui (1) Tingkat kecanggihan perangkat teknologi proses pengolahan teh di perusahaan berada antara mesin manual sampai dengan mesin khusus dengan nilai median 4, kondisi ini belum sesuai dengan harapan perusahaan yaitu dengan tingkat kecanggihan mesin khusus sampai dengan otomatis dengan nilai median 6, (2) Tingkat kecanggihan perangkat manusia berada pada tingkat kemampuan merepasi, mereproduksi dan mengadaptasi dengan nilai median 5, kondisi ini belum sesuai dengan harapan perusahaan yaitu dengan tingkat kemampuan menyempurnakan dan melakukan inovasi dengan nilai median 8. Kendala utama dari perangkat manusia adalah tingkat pendidikannya yang relatif masih rendah, (3) Tingkat kecanggihan perangkat informasi perusahaan berada pada tingkat mengenal fakta sampai dengan menyusun spesifikasi fakta dengan nilai median 3, adapun kondisi yang diharapkan perusahaan adalah tingkat menyusun spesifikasi fakta sampai dengan menghayati fakta dengan nilai median 5, (4) Tingkat kecanggihan perangkat organisasi perusahaan berada pada tingkat menciptakan pola kerja baru sampai dengan menstabilkan pola kerja dengan nilai median 5, kondisi ini belum sesuai dengan harapan perusahaan yaitu menguasai pola kerja dengan nilai median 7.
Hasil pengkajian indikator kemampuan teknologi perusahaan diketahui bahwa posisi PT. Cibuniwangi berada sebanding dengan rata-rata industri sejenis di Indonesia. Kondisi ini belum sesuai dengan harapan perusahaan yaitu berada diatas rata-rata industri sejenis di Indonesia, sehingga perlu adanya strategi teknologi yang akan diterapkan oleh perusahaan dimasa yang akan datang. Hasil analisa kontingensi kedua indikator teknologi tersebut menunjukkan bahwa indikator transformasi teknologi dan indikator kemampuan teknologi tidak mempunyai hubungan, artinya kedua indikator bersifat bebas dan tidak saling mempengaruhi.
Berdasarkan hasil analisa terhadap indikator-indikator diatas maka alternatif kebijakan yang dapat diambil oleh perusahaan PT. Cibuniwangi diantaranya adalah (1) Memanfaatkan perangkat teknologi seoptimal mungkin dan meningkatkan perawatannya secara rutin agar kondisi mesin-mesin pengolah teh selalu terjaga dengan baik sehingga dapat digunakan seefektif mungkin guna menunjang pencapaian produksi yang optimal, (2) Meningkatkan program pelatihan dan pendidikan (studi lanjut) guna lebih meningkatkan keahlian dan keterampilan perangkat sumber daya manusia, terutama dalam hal keahlian dan keterampilan manajemen, mekanik dan teknis produksi serta meningkatkan pelatihan keterampilan bagi pekerja lapangan, (3) Memanfaatkan sistem informasi manajemen yang ada yang berkaitan dengan pengoptimalan pencapaian kapasitas produksi dan peningkatan mutu produk yang dihasilkan dan (4) Meningkatkan kinerja dari perangkat organisasi dengan cara mendayagunakan kewenangan masing-masing bagian sesuai dengan sistem organisasi yang ada.
Berdasarkan hasil diatas maka untuk mencapai posisi pertumbuhan dan stabilitas dalam rangka penerapan strategi tingkat korporat (grand startegy) pada saat ini, integrasi strategi teknologi dan strategi bisnis yang perlu dikembangkan pada PT. Cibuniwangi adalah strategi pemanfaatan teknologi (technology exploiter strategy) dengan strategi unggul mutu.
Berdasarkan hasil geladikarya maka saran-saran yang diberikan untuk perusahaan PT. Cibuniwangi adalah.
1. Untuk menghadapi daya saing di pasar bebas, peningkatan teknologi yang dimiliki harus dilakukan. Posisi perusahaan saat ini (Stabilitas dan Pertumbuhan) dengan strategi pemanfatan teknologi (Technology Exploiter Strategy) hendaknya ditingkatkan menjadi strategi pengikut teknologi tinggi (Technology Follower Strategy), strategi ini memungkinkan perusahaan dapat membuat produk yang lebih berkualitas dan berdaya saing tinggi (inovatif) serta
mempunyai provitabilitas yang lebih tinggi. 2. Untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan oleh perusahaan maka integrasi strategi teknologi dan strategi bisnis adalah sebagai berikut.
Untuk jangka pendek adalah strategi pemanfaatan teknologi standar
(technology exploiter strategy) dengan strategi bisnis unggul segmen pasar. ➤ Untuk jangka menengah adalah strategi pengikut teknologi tinggi (technology
follower strategy) dengan strategi bisnis unggul mutu.
Untuk jangka panjang adalah strategi pengikut teknologi tinggi (technology follower strategy) dengan strategi bisnis unggul segmen pasar.
3. Untuk mencapai strategi teknologi yang lebih tinggi tersebut, peningkatan pengelolaan teknologi yang ada melalui pemanfaatan komponen-komponen teknologi seoptimal mungkin perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut.
➤ Mengoptimalkan penggunaan perangkat teknologi yang ada untuk menekan idie capacity melalui pembelian bahan baku dari para petani sekitar perusahaan dengan pola kerja sama yang saling menguntungkan (pola kemitraan).
➤ Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia melalui pelatihan-pelatihan, seminar-seminar dan studi banding ke perusahaan sejenis yang lebih maju.
Collections
- MT - Business [2031]