Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat
Abstract
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Diantara komoditas pertanian yang ada, tanaman hias merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan dan memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu tanaman hias unggulan yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia adalah anggrek. Permintaan anggrek di dunia terus meningkat untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta untuk ungkapan dukacita. PT Ekakarya Graha Flora (PT EGF) adalah salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan tanaman anggrek, yaitu Phalaenopsis (70%) dan Dendrobium (30%). Produk yang dihasilkan adalah Phalaenopsis pot plant, Dendrobium cut flower dan Dendrobium pot plant yang diproduksi berdasarkan pesanan pelanggan. PT EGF dipilih karena merupakan salah satu perusahaan penghasil anggrek yang cukup besar yang berskala internasional. Dalam mengelola usahanya, perusahaan memiliki risiko yang dihadapi antara lain yaitu risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit, mutasi gen, tanaman yang tumbuh tidak seragam (stagnan), kerusakan mekanis (handling). Adanya risiko hasil produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas yang berfluktuasi setiap periode selama masa tanam berlangsung. Dalam membudidayakan anggrek Phalaenopsis, PT EGF melakukan diversifikasi penggunaan bibit yaitu dengan menggunakan bibit teknik mericlone dan seedling. Untuk itu, dapat dianalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi PT Ekakarya Graha Flora. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis risiko produksi anggrek Phalaenopsis yang dilakukan oleh PT Ekakarya Graha Flora pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi menggunakan bibit mericlone dan seedling. (2) Menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi PT Ekakarya Graha Flora dalam menjalankan usahanya. Penelitian ini dilaksanakan di PT Ekakarya Graha Flora Cikampek, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan sentra produksi anggrek dan PT Ekakarya Graha Flora dipilih karena merupakan merupakan salah satu perusahaan penghasil anggrek yang cukup besar yang berskala internasional. Peran PT EGF dalam menghasilkan produk anggrek sekitar 10 persen dari total produksi nasional. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Juni-Juli 2009. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan, sedangkan data sekunder diperoleh dari PT EGF yang meliputi luas lahan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi berlangsung, jumlah produksi serta data-data lainnya yang mendukung penelitian ini, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis risiko menggunakan Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah tanaman anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan tanaman anggrek teknik mericlone, sedangkan kegiatan portofolio adalah tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,078. Menurut informasi di lapangan menunjukkan bahwa produksi tanaman anggrek dengan teknik seedling sangat rentan terjadi reject yang dikategorikan kedalam adanya mutan, serangan hama penyakit dan kerusakan mekanis dibandingkan dengan tanaman anggrek dengan teknik mericlone, karena tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki banyak variasi dalam pertumbuhannya sehingga tidak seragam dan seringkali terjadi mutasi genetik atau kelainan dari bentuk yang diinginkan perusahaan oleh karena itu harus dimusnahkan dan menyebabkan persentase keberhasilan produksi menurun. Selain itu serangan hama dan penyakit juga rentan terjadi pada musim penghujan atau peralihan sehingga banyak serangga yang menyerang tanaman anggrek. Risiko ditunjukkan oleh koefisien variasi, koefisien variasi paling tinggi terjadi pada tanaman anggrek dengan teknik seedling yaitu 1,319 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,319. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan informasi di atas terlihat bahwa tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki risiko produksi lebih tinggi berdasarkan pendapatan bersih dibandingkan dengan tanaman anggrek dengan teknik mericlone. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan harga dan persentase keberhasilan. Untuk tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman anggrek dengan teknik mericlone. Dengan demikian penerimaan yang diterima perusahaan dari tanaman anggrek dengan teknik seedling relatif lebih kecil. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen, hal ini dapat mengurangi risiko produksi akibat ketidaktersediaan bibit, usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot juga dapat dilakukan, sehingga tanaman dengan kategori rusak mekanis masih dapat dimanfaatkan.
Collections
- UT - Agribusiness [4256]