Struktur Kommitas B e n t h pada Media Buatan Temtandarisasi dengan Keterkaitau Penremaran Organi k di Wadu k Saguling, Jaws Barat,
Abstract
Waduk Saguling rnerupakan salah satu wad& yang terdapat di Jawa Barat yang memiliki fungsi utama sew pembanglut temga listri k dm pengendali banjir. Namun dalam perkembangannya, waduk ini juga dimanfaah oIeh W d u k sekitar untuk kegiatan perikanan dengan menggumkm keramba jouing apung. Dengaa s e m h berkembangnya usaha budidaya keramba jaring apung diduga berdampak pada kondisi perairan waduk Sagding disamping juga adanya masukan dari kegiatan rumah tangga, prhman dan industri di sepanjang aliran sungai Ci&rum yang bermm di waduk -but. Penelitian dilakukan pada bdan Mei 2002 - Juli 2002 di waduk Saguling Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Banyaknya stasiun pengamatan adalah empat stasiun dengan perincian stasiun satu di daerah Batujajar yang terletak dekat dengan outlet Sungai Citarum, stasiun dua dan stasiun tiga tedetak di daerah Bongas dan Cimmyak p g merupakm daerah kemba jaring apung terpoldat dm dianggap meWli dserah prtmgah dan stasiun empat di daerah DAM yang merupakm outlet waduk Saguling. Alat yang digrmakan mtara lain kassa k p r i 2 mm' dengan luasan 30x30 cm, Water Q d i W Cheker (WQC) merek Horiba U10, spektofotometer, sarkgan, botol plastik, mikroskop dan buku idmtifhsi. Sedangkan bahan yang dig& berupa formalin 4%, larutan mounting CMCP-10 (PoIysciences Inc. ), air contoh dan bahan-bahan kimia mtuk d i s i s parameter kimia Penelitian ini dilakukan dengan terlebih Uulu menyiapkm media buatan yang terbuat dari kain kassa dengan pori-pori 2 mm2 dan luasan 30x30 cm. Setelah diikatkan @a kerangka ksi dengan luasan yang sama, kemudian media b- tersebut di- di perairan dengan kedalaman 2-2,5 m. Pada tiap stasiun pengmahn direndam tiga buah media buatan yang hanggap sebagai ulangan. Media buatan ini kernustian didiarnkan seIma satu bulan agar terjadi kolonisasi organisme benthos. Sedangkan p@cmm kualitas air d i h h n setiap bulan s e b tiga bdan yang dilddxm den- meaggmakm alat Water QwZity Cheker (WQC) merek Horilm UlO untuk parameter -trr. Dari hasil identiwi, ditemukstn &lapan organisme yang dapat digolongkm ke dalam enam filurn. Organisme tersebut Mah Thiara scabra, Bellamp javaniua dm Ferrisia javanica (filum Mollusla), Chironddae (filum Uniramia), &+a sp. (f Ium Cnidaria), Chaetogaster dicyhners (film Annelids), Branchiopda (filum Arthmpoda) dan Planaria sp. (film Plathyhelmintes). Komposisi organisme yang ditemukan pada media buatan selama penelitian terdiri dari Chironomidae sebesar 126.822 ind/m2 56,97%), fiydia sp. sebesat 52.800 \ indh2( 23,72%), Femisia javmica sebesar 16.778 indh (8,54%), Branduopoda sebesar 1 2.678 indh2 (5,70%), Planaria sp. sebesar 9.7 1 1 ind/m2 (4,36%), Chaetogmter diaphanm sebesar 3.753 indm2 ( 1,69%), Bellanrya jmantcu s e k 44 indh2 (0,02%) dan Thiora scobra sebesar 22 ind/m2 (0,O 1 %). Tingginya kompsisi organisme Cbironomidae diduga disebabkan kareila organisme ini mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkmgan perairan waduk Saguling. Selain itu menwut Pen& (1 978), organisme ini juga mampu membuat tabung halus yang terbuat dari alga, endapan lumpur atau pasir yang bercampur dengan hasil ekskresi yang dapat hgunakan untuk menangkap makanan berup plankton atau detritus yang lewat . Pada pengamatan per stasi un, kelimpahan tertinm terdapat di stasiun Bahljajar (sebesar 1 62.926 indh ) dii kuti stasiun Bongas (sebesar 40.033 indh2), stasiun Cirninyak (sebesar 16.742 ind/m2) dan stasiun DAM (sebesar 2 -9 10 indh2) dengan kecenderungan nilai kelimpahm yang semakin menurun ke arah outlet. Penurunan jumlah kelirnpahan organisrne ke arah outlet ini ternyata diikuti juga oleh penurunan j umlah jenis organisme yang ditemukan, dimana pada stasi un Batuj~jard i temukan delapan organi sme, stasi un Bongas ditemukan enarn organisme, stasiun Ciminyak ditemukan empat organisme dan d~ stasiun DAM ditemukan tiga organisme. Berkurangnya jumlah jenis ini diduga disebabkan organisme sudah ti& mmpu lagi beradaptasi dengan kondisi lingkungan, khususnya 1 daerah DAM sehingga menyebabkan organisme tidak rnampu bertahan hidup. Hasil pengukuran kualitas air mempdihatkan suhu rata-rata berkisar antara 27,63 - 29,40° C, kekeruhan berkisar 2,17 - 27,97 NTU, konduktivitas berkisar 0,145 - 0,26 1 pmhodcm, pH berkisar 7,48 - 8,5 1, oksigen terlarut berIdsar 7,98 - 10,49 mgA, nitrat berhsar 0,007 - 0,054 rng, ammonia berhsar 0,114 - 0,390 mgl, orthofosfat berkisar 0,00 f - 0,03 1 mg, dan bahan organi k total berkisar 1 1,76 - 19,07 ma. Pada pngarnatan tingkat pencemaran yang te jadi di waduk Saguling menggunakan Famili Biotik Indeks (FBI) diperoleh nilai FBI rata-rata untuk stasiun Batujaj ar sebesar 6 ,%, stasiun Bongas sebesar 7,2 5, stasiun Ciminyak sebesar 7,97 dan stasiun DAM sebesar 8,00. Nilai tersebut secara mum rnenunj- kondisi kualitas air yang tergolong buruk dan mmandakan terdapeltnya pencemaran organik yang sangat berarti di waduk Saguling. Hasil penggunaan PCA dan RDA untuk meli hat kaitan antam struktur komunitas benthos dengan kualitas air cb waduk Saguling rnemperlihatkan bahwa s e w an besar organisme yang ada pda substrat buatan merupakan spesies yang tergolong to1 eran rnerespon adanya peningkatan pencemaran organik dan proses sedimentasi yang diceminkan dengan adanya peningkatan parameter nitrat, konduktivitas dan kekemh. Sedangkan peningkatan konsentrasi parameter orthofos fat clan bahan organik total ti& terlihat adanya peningkatan pada kelirnpahan benthos d~ waduk Saguling. Rendahnya parameter orthofosfat dan bahan organik total khususnya pa& stasiun Bongas dan Batujajar diduga disebabkan karena berikatannya orthofosfat dan bahan orgatllk total dengm bahan partikulat dan di endapkan sebagai sedimen 1 stasiun tersebut. Peningkatan nilai bahan wganik dan orthofosfat pada stasiun DAM diduga disebabkan adanya run-oflyang berasaf dari te pian waduk yang didominasi oleh ladang pertanian d m penggalian pasir oleh penduduk sekitar.