Peningkatan Stabilitas Dimensi Kayu Jati (Tectona Grandis, L.F.) Dengan Proses Fisis dan Mekanis
Abstract
Jati (Teetona grandis, L.f.), banyak diminati kar~na penampilan dekoratifnya yang menarik, kuat dan awet. Dalam bentuk kerajinan dan mebel, kayu jati diekspor ke negara-negara sub tropis yang kelembaban relatif udaranya lebih rendah dibandingkan dengan kelembaban di Indonesia. Hal ini menyebabkan perubahan kadar air kayu sehingga produk-produk tersebllt mengalami kerusakan seperti: pecah, retak dan berubah bentuk. KetidakstabilaQ:,~i~ensi inilah yang menjadi salah satu masalah dalam penggunaan kayu pada umuttmya. Stabilisasi dimensi kayu ds.pat dilakukan dengan cara kimia dan mekanis. Secara kimia, yaitu dengan bulking agent , seperti PEG-IOOO memiliki kelemahan: harganya mahal, berat bertambah dan penampilan kayu berubah. Untuk itu perlu dilakukan usaha penurunan kadar air kesetimbangan dan peningkatan stabilitas dimensi dengan cara mekanis yang dapat mengubah sebagian daerah amorf menjadi kristalit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan proses fisis (panas), mekanis (tekanan), dan mekanisfisis (tekan basah panas dan tekan kering panas) terhadap penurunan KAK dan peningkatan stabilitas dimensi kayu jati. Kayu jati diambil dari KPH Saradan, Madiun Jawa Timur dengan kelas umur IV, V dan VI. Dari tiap KU diambil tiga pohon yang masing-masing diambil 2 contoh uji berdasarkan bidangnya, yaitu tangensial dan radial. Bagian pohon yang diambil adalah bagian teras pada pangkal pohon. Perlakuan panas selama 4 jam dilakukan setelah kayu dikeringkan dalam kiln. Untuk tekan basah dan tekan-basah panas, tekanan oleh kempa diberikan sebelum kayu dikiln. Sebaliknya pada perlakuan tekan kering dan tekan-kering panas, tekanan diberikan setelah kayu dikeringkilnkan. Tekan-basah panas mendapat periakuan yang sama dengan tekan basah, kecuali pada perlakuan akhirnya, tekan-basah panas mendapatkan pemanasan. Begitu pula dengan tekan kering dan tekan-kering panas. Setelah diberi perlakuan, semua contoh uji dikeringkan secara kimia dengan menggunakan larutan H2SO" untuk mendapatkan RH 70% dan RH 40%. Pada setiap tahap perlakuan dilakukan penimbangan berat dan pengukuran . Selanjutnya data dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap dalam faktorial 2x6 dan 2x3, dengan bidang dan perlakuan sebagai faktor, masing-masing terdiri dari 9 ulangan. Berdasarkan data serta analisis yang telah dilakl!kan, perlakuan panas dapat menurunkan KAK 3,94% lebih rendah dari kontrol namun tidak meningkatkan stabilitas dimensi. Hasil yang serupa juga dihmukakan oleh Coto dan Wardhani (2000). Temperatur yang tinggi menyebabkan penurunan higroskopisitas diikuti dengan berkurangnya berat di bawah berat kering tanur (BKT) normal (Skaar, 1972). Selain itu sebagian besar penurunan higroskopisitas karena adanya dekomposisi hemiselulosa (Stamm, 1964). Selanjutnya Coto (I996) menambahkan bahwa pengeringan kayu mendekati kering tanur (KA=O%) akan menyebabkan berubahnya sebagian daerah amorf mel~adi 'daerah kristalit, sehingga KAK turun. Proses ini dikenal dengan nama Histeresis (Stamm, 1964). Pemberian tekanan, baik pada perlakuan tekan basah dan tekan kering cenderung menurunkan KAK. Hal ini disebabkan oleh berubahnya sebagian daerah amorf di dalam dinding sel kayu menjadi kristalit. KAK paling rendah didapatkan pada tekan arah tebal pada bidang tangensial, yaitu dengan tekan kering menghasilkan 10,40% pada RH 76% dan 6, I 7% pada RH 43%, lebih rendah sampai 0,55% dari kontroI. Dari hasil perhitungan kadar air dan penyusutan tiap arah tekan, analisis keragaman dan uji lanjut Duncan, didapatkan bahwa arah tekan memberikan perbedaan yang nyata pad a KAK namun tidak memberikan pengaruh terhadap penyusutan. Kombinasi perlakuan fisis dan mekanis (tekan-basah panas dan tekan-kering panas) dapat menurunkan KAK lebih baik. Hal ini terlihat dalam hasil uji lanjut Duncan, tekan kering panas dan tekan basah panas selalu berbeda nyata pada kedua kondisi RH. Pada pengujian K.NRH, tekan kering panas menghasilkan perubahan kadar air tiap RH yang lebih kecil daripada tekan basah panas. Pemberian panas dan tekanan secara berurutan dapat lebih menurunkan penyerapan air di dalam kay-oJ daripada panas saja atau tekan saja. Dari hasil perhitungan kadar air dan penyusutan
Collections
- UT - Forest Products [2184]