Analisis kelayakan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar ben’s fish farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor
Abstract
Sektor perikanan dan kelautan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya memberikan kontribusi terhadap pembangunan dalam menciptakan tatanan masyarakat yang lebih baik. Kontribusi Pendapatan Domestik Bruto bidang perikanan mengalami peningkatan sebesar 22,86 persen, yaitu dari Rp 56,36 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 72,97 triliun pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 menjadi Rp 93,22 triliun. Jika dilihat dari sisi produksi perikanan mengalami peningkatan pada tahun 2007 produksi perikanan mencapai 7,5 juta ton dan pada tahun 2008 mencapai 8,71 ton. Pemerintah menargetkan produksi hasil perikanan tahun 2009 naik hingga 46,2 persen dari 8,71 juta ton pada 2008 menjadi 12,73 juta ton tahun 2009. Menurut data statistik Propinsi Jawa Barat produksi perikanan berdasarkan budidaya kolam, jumlah produksi ikan bawal tahun 2004 hanya 369 ton sedangkan pada Tahun 2006 meningkat menjadi 1.427 ton. Kelebihan ikan bawal ini antara lain ukuran badannya yang cukup besar, dagingnya gurih dan tidak banyak duri. Sedangkan dari sisi rasa, ikan bawal air tawar tidak kalah lezat dibanding ikan bawal air laut Meningkatnya produksi budidaya tersebut, juga akan meningkatkan permintaan akan benih sebagai input untuk kegiatan pembesaran dan meningkatnya permintaan benih akan meningkatkan permintaan larva sebagai input untuk kegiatan pembenihan. Meningkatnya permintaan akan larva sebagai input untuk kegiatan pembenihan yang belum terpenuhi menciptakan peluang bagi perusahaan untuk memenuhi permintaan tersebut, sehingga perusahaan membuka cabang usaha yang ke-24 September 2008, karena usaha sebelumnya tidak memungkan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pembukaan cabang usaha baru tersebut memerlukan modal investasi yang cukup besar sekitar Rp221.866.000, dan risiko kegagalan usaha yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan studi kelayakan usaha dalam perluasan usaha tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan pengusahaan pembenihan larva ikan bawal air tawar Ben’s Fish Farm di cabang usaha yang ke-24 dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek pasar. (2) .Menganalisis kelayakan pengusahaan pembenihan larva ikan bawal air tawar Ben’s Fish Farm di cabang usaha yang ke-24 dilihat dari aspek finansial (3). Mengalisis sensitivitas untuk kelayakan finansial pengusahaan pembenihan Larva ikan bawal air tawar di Ben’s Fish Farm jika terjadi penurunan harga jual larva, penurunan jumlah produksi, dan peningkatan harga input (Ovaprim Ikan bawal air tawar berasal dari sungai Amazon, Brazil dan memiliki morfologi tubuh dari samping tampak membulat dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1. Penelitian dilakukan di cabang Ben’s Fish Farm yang ke 24 di Kampung Cimanggu Desa Ciaruteun Udik Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Ben’s Fish Farm mulai dibangun pada awal tahun 1996. Ben’s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama ikan bawal air tawar. Ben’s Fish Farm dalam waktu 13 tahun sudah melakukan perluasan usaha dengan membuka cabang dan hingga saat ini berjumlah sebanyak 24 cabang usaha. Ben’s Fish Farm pada awalnya bergerak dalam pembenihan ikan patin, namun karena pembenihan ikan patin kurang cocok sehingga beralih ke ikan bawal. Ben’s Fish Farm melakukan perluasan usaha dengan membuka cabang baru yang ke 24 yang telah berdiri bulan September 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitaif. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dilihat dari kriteria NPV, Net B/C, IRR, Payback period dan Analisiss switching value menggunakan data yang diperoleh dari perusahaan kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif. Selain itu penelitian ini juga dilihat dari aspek non-finansial yaitu aspek teknis, manajemen, sosial dan aspek pasar, dari perusahaan tersebut. Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui beberapa kriteria kelayakan finansial yang bertujuan untuk menganalisa sejauh mana tingkat kelayakan usaha penbenihan larva ikan bawal. Dalam menganalisa suatu usaha, biasanya menghadapi ketidakpastian, untuk menghadapi faktor ketidakpastian atau perubahanperubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan, baik dari arus biaya maupun dari arus manfaat, maka perlu dilakukan analisis switching value untuk mengetahui sampai berapa persen usaha yang dilakukan mengalami kondisi yang tidak layak, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada kenario I dengan tingkat diskonto 7,25 persen usaha pembenihan larva ikan bawal Ben’s Fish Farm di cabang usaha yang ke 24, diperoleh NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 587.596.184,05 artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Sedangkan nilai Net B/C rasio sebesar 4,15 lebih besar dari satu yang berarti, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasikan manfaat bersih sebesar 4,15 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 61 persen lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar 7,25 persen artinya investasi di usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan deposito, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian total investasi sebesar 2 tahun 3 bulan. Hasil analisis finansial dengan skenario II yang berasal dari modal pinjaman diperoleh nilai Net Present Value sebesar Rp 9.501.982,34, artinya usaha pembenihan larva ikan bawal Ben’s Fish Farm di cabang yang ke 24 memberikan manfaat yang positif pada tingkat suku bunga kredit 14 persen. Usaha tersebut jika dilaksanakan akan masih mendapatkan keuntungan yang sangat kecil yaitu sebesar Rp 9.501.982,34. Sedangkan nilai Net B/C rasio sebesar 3,9 lebih besar dari satu yang berarti, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasikan manfaat bersih sebesar 3,9 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 21 persen lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman sebesar 14 persen, artinya investasi di usaha ini masih menguntungkan dan usaha ini layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian modal investasi melebihi dari 10 tahun yang lebih besar dari umur proyek sehingga usaha tersebut tidak layak. Selain itu dari hasil dilakukan analisis Switching value untuk mengetahui tingkat perubahan harga jual larva, penurunan produksi larva, dan kenaikan harga input (ovaprim), sehingga keuntungan mendekati normal, dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa juga menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga. Skenario I dengan modal sendiri, penurunan harga jual larva yang masih dapat ditolerir sebesar 7,04 persen yaitu dari harga Rp 8 per ekor menjadi Rp 7,43 per ekor. Pengusahaan pembenihan larva ikan bawal masih layak diusahakan apabila penurunan jumlah produksi tidak melebihi 42,1 persen, yaitu dari 29.030.400 ekor menjadi 16.810.661 ekor. Sedangkan untuk peningkatan harga input agar usaha tersebut masih layak diusahakan sampai 95,89 persen. Skenario II dengan modal pinjaman, tidak dilakukan swtching value karena dengan modal pinjaman usaha tidak layak untuk dilaksanakan berdasarkan waktu pengembalian modal investasi yang lebih besar dari umur proyek. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial, bahwa skenario I dengan modal sendiri usaha tersebut layak dilaksanakan, sedangkan dengan modal pinjaman tidak layak untuk dilaksanakan, karena waktu pengembalian modal investasi lebih besar dari umur proyek. Hasil analisis Switching value usaha tersebut sangat sensitif terhadap perubahan harga jual larva ikan bawal.
Collections
- UT - Agribusiness [4618]