Proses pembentukan basis data sumberdaya ikan laut Indonesia dan penentuan wilayah prioritas penangkapan ikan tongkol dengan sistem informasi geografis (SIG)
View/ Open
Date
1999Author
Wardhana, Ari Gunawan
Azis, Kiagus Abdul
Boer, Mennofatria
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses pembentukan Sistem Informasi Geografis (SIG), memahami beberapa aplikasi SIG, memahami proses pembentukan dan menyusun basis data sumberdaya ikan laut Indonesia serta menentukan wilayah prioritas penangkapan ikan tongkol Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 tahapan, yaitu proses pembentukkan basis data sumberdaya ikan laut Indonesia dan aplikasi dari SIG yaitu penentuan wilayah prioritas penangkapan ikan tongkol Indonesia.
Hasil dari proses penggabungan basis data atribut dan basis data spasial adalah berupa basis data yang terstruktur (Relational Data Base Management System, RDBMS) baik berupa data tabular maupun peta digital. Data tabular yang dihasilkan, dibentuk berdasarkan 9 wilayah perairan (record) yang masing-masing terdiri dari 79 pengamatan (field), sehingga di suatu wilayah perairan dapat diketahui tentang data dan informasi mengenai luas dan jenis ikan, produksi, potensi, tingkat pemanfaatan, musim, kelimpahan, kepadatan serta alat tangkap untuk setiap kelompok ikan.
Wilayah pengelolaan perairan Indonesia dikelompokan ke dalam 5 wilayah prioritas, yaitu wilayah prioritas I (tidak ada), wilayah prioritas II (Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik serta Laut Banda), wilayah prioritas III (Laut Maluku dan Teluk Tomini serta Laut Arafura), wilayah prioritas IV (Selat Makassar dan Laut Flores serta Samudera Hindia) serta 1 wilayah prioritas V (Laut Jawa).
Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik yang termasuk wilayah prioritas II, memiliki tingkat pengusahaan 21%, densitas 0,46 ton/km², harga rata-rata Rp. 3550/kg, jumlah nelayan 75.559 orang dan jumlah perahu tanpa motor sebesar 34.480 unit. Sedangkan di Laut Banda berturut-turut mempunyai tingkat pengusahaan 18%, densitas 0.067 ton/km², harga rata-rata Rp. 3.550/kg, nelayan 34.321 orang dan perahu tanpa motor 10.031 unit.
Wilayah prioritas III terdapat di dua wilayah yaitu Laut Maluku dan Teluk Tomini serta Laut Arafura. Laut Maluku dan Teluk Tomini memiliki tingkat pengusahaan 63%, densitas 0,034 ton/km², harga rata-rata Rp. 3.550/kg, jumlah nelayan 134.770 orang dan perahu tanpa motor 47.551 unit. Sedangkan Laut Arafura memiliki tingkat pengusahaan 7%, densitas 0.035 ton/km², harga rata-rata Rp. 3.550/kg, jumlah nelayan 1.955 orang dan perahu tanpa motor 1.647 unit.
Samudera Hindia yang termasuk wilayah prioritas IV, mempunyai tingkat pengusahaan 58%, densitas 0.031 ton/km², harga rata-rata Rp. 3.000/kg, jumlah nelayan 420.239 orang dan perahu tanpa motor 49.389 unit. Sedangkan Selat Makassar dan Laut Flores memiliki tingkat pengusahaan 76%, densitas 0.051 ton/km², harga rata-rata Rp. 1.950/kg, jumlah nelayan 224.944 orang dan perahu tanpa motor 51.010 unit.
Wilayah prioritas V terdapat di Laut Jawa yang mempunyai tingkat pengusahaan 114%, densitas 0.0725 ton/km², harga rata-rata Rp. 3.900/kg, jumlah nelayan 650.743 orang dan perahu tanpa motor 28.327 unit.