Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia
Abstract
Sektor industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada tahun 2008, sektor ini berkontribusi sebesar 557,8 miliar rupiah atau 27,9 persen dari seluruh nilai PDB, dimana 139,9 miliar rupiah dari nilai industri pengolahan disumbangkan oleh industri makanan, minuman, dan tembakau (BPS, 2009). Besarnya nilai sumbangan industri makanan, minuman dan tembakau terhadap PDB tersebut dikarenakan makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Berkaitan dengan kondisi tersebut, industri minuman ringan adalah salah satu sektor usaha yang akan terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2005, jumlah minuman ringan yang dikonsumsi adalah sebanyak 13.088 juta liter, jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2008 jumlah minuman ringan yang dikonsumsi adalah sebanyak 17.410 juta liter. Meningkatnya konsumsi minuman ringan berdampak pada bermunculannya berbagai jenis dan merek minuman ringan yang bersaing ketat. Industri minuman ringan pun semakin banyak diminati oleh para pengembang usaha yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah perusahaan serupa yang masuk pasar sehingga persaingan antar industri minuman ringan, baik produsen lokal maupun perusahaan multinasional semakin meningkat. Perlu dianalisis apakah dalam struktur persaingan industri minuman ringan terdapat praktek monopoli yang tergolong pada persaingan tidak sehat, mengingat dua dari seluruh produsen minuman ringan di Indonesia yakni PT Coca-Cola Bottling Indonesia dan PT Sinar Sosro termasuk dalam sepuluh besar perusahaan minuman untuk segmen teh kemasan di dunia. PT Sinar Sosro bahkan mampu menjadi salah satu yang terbaik hanya dengan mengandalkan pasaran domestik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur, perilaku dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia serta hubungan antara struktur pasar dan faktor-faktor lain dengan kinerjanya. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPS, ASRIM (Asosiasi Industri Minuman Ringan), Departemen Perindustrian (Depperin), Perpustakaan IPB, serta berbagai media masa dan media elektronik yang berkaitan. Data yang digunakan merupakan data time series dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar yang dimiliki oleh industri minuman ringan di Indonesia adalah struktur persaingan oligopoli sedang dengan nilai rata-rata konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) adalah 44,08 persen. Penetapan harga oleh suatu perusahaan dalam industri minuman ringan dipengaruhi oleh penetapan harga pesaingnya. Mengingat industri minuman ringan berada pada struktur persaingan oligopoli sedang bahkan cenderung bersifat longgar, maka perilaku konsumen masih diperhitungkan dalam menentukan harga. Hal ini terbukti dengan adanya produksi second brand product yaitu produk yang serupa dengan produk utama namun lebih murah dari segi harganya. Tren fluktuasi nilai price cost margin (PCM) dan efisiensi internal (X-eff) cenderung meningkat dari tahun 1980 sampai tahun 2005. Fluktuasi PCM tergolong stabil dengan peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu tajam, peningkatan mulai terlihat dari tahun 1984 sampai tahun 2000 dan cederung stabil pada tahun berikutnya hingga tahun 2005. Nilai X-eff pada awal 80-an cenderung menurun dan mulai meningkat sekitar tahun 1988. Pada tahun 1999, nilai X-eff melonjak tajam hingga menyentuh angka 132,51 persen untuk kemudian menurun kembali di tahun-tahun berikutnya. Sementara itu, fluktuasi nilai Growth sangat tajam sehingga variabel Growth tidak memiliki tren tertentu. Peningkatan dan penurunan terjadi secara tajam dari tahun ke tahun. Dua dari empat variabel independen yang dirumuskan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya yaitu PCM. Kedua variabel tersebut adalah X-eff dan Usaha dengan nilai koefisien masing-masing sebesar 0,320905 dan - 0,087169. Sementara nilai CR4 dan Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap PCM.