Keunggulan komparatif dan kompetitif produksi bawang putih dengan analisis biaya sumberdaya domestik (BSD) : Dikecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat
Abstract
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu komoditi hortikul- tura yang mendapat prioritas pengembangan sejak Pelita IV. Selama kurun waktu 10 tahun dari tahun 1983 hingga 1992, nilai impor bawang putih sudah mencapai 117,7 juta dollar. Pemerintah berupaya terus untuk menekan impor komoditi ini agar devisa negara dapat dihemat dan mendorong petani produsen untuk meningkatkan produksinya. Peningkatan produksi bawang putih perlu mendapat dukungan dengan adanya regionalisasi dan konsolidasi dari sentra-sentra produksi yang ada dengan didasari oleh keunggulan komparatif dan kompetitif daerah produksi. Sementara itu sumberdaya yang terbatas, seperti lahan dan modal harus diusahakan seefisien mungkin penggunaannya, khususnya bagi komoditi yang berprospek cerah di kemudian hari.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) membandingkan pendapatan yang diperoleh dari berbagai pola produksi usahatani bawang putih dengan pendeka- tan analisis finansial dan ekonomi; (2) menganalisis ada tidaknya keunggulan komparatif dan kompetitif usaha menghasilkan bawang putih pada berbagai pola produksi dengan pendekatan analisis Biaya Sumberdaya Domestik (BSD); (3) mengkaji perubahan analisis keunggulan komparatif akibat perubahan harga sosial bibit, upah tenaga kerja dan perubahan produktivitas bawang putih dengan menggunakan analisis kepekaan; (4) mengkaji perubahan hasil analisis keunggulan kompetitif akibat perubahan harga aktual bibit bawang putih, upah tenaga kerja, pupuk serta harga aktual bawang putih dengan menggunakan analisis kepekaan.
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Propin- si Jawa Barat semenjak Bulan Maret sampai dengan Bulan Agustus 1993. Pemilihan lokasi usahatani di Kecamatan Ciwidey meliputi Desa Alamendah dan Desa Panundaan, mengingat produksi bawang putih dari kecamatan ini sebagian besar berasal dari kedua desa tersebut.
Adapun penentuan usahatani didasarkan atas jenis lahan yang digunakan dan pola tanam yang paling banyak dilakukan petani, yaitu (1) usahatani bawang putih monokultur di lahan sawah (M-LS); (2) usahatani bawang putih monokultur di lahan kering (M-LK); (3) usahatani tumpangsari bawang putih/bawang merah di lahan sa- wah (TS-LS); (4) usahatani tumpangsari bawang putih/bawang merah di lahan ke- ring (TS-LK). Orientasi perdagangan yang akan dikaji meliputi orientasi substitusi impor (SI) dan perdagangan antar daerah (PAD). Hal ini mengingat bahwa sampai saat ini komoditi bawang putih yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan substitusi impor dan perdagangan antar daerah. Sedangkan pemilihan sampel dilakukan secara stratified random sampling dengan memperhatikan pangsa produksi bawang putih dari kedua desa tersebut, dengan jumlah total sebanyak 60 petani sampel…dst