Pengukuran beban panas akibat radiasi matahari pada sapi perah holstein dara
Abstract
Sapi berdaya tahan panas rendah seperti Holstein, tentu akan mengalami cekaman panas yang hebat jika ditempatkan dalam lingkungan bersuhu tinggi. Sehingga sapi Holstein di daerah tropis seperti di Indonesia produksi susunya lebih rendah dibandingkan dengan di negara asalnya. Oleh karena itu perlu dilakukan teknik yang dapat memperkecil beban panas yang diterima sapi tersebut, misalnya dengan memberikan naungan yang mempunyai daya serap panas yang rendah terhadap radiasi matahari. Teknik tersebut dapat dilakukan dengan tepat jika diketahui berapa besar proporsi radiasi matahari dalam membebani penambahan
panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau peranan radiasi matahari dalam penambahan beban panas yang diterima oleh sapi.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Ternak Perah Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 1996.
Ternak yang digunakan adalah empat ekor sapi perah Holstein dara dengan bobot rata-rata 160 kg. Bahan atap yang digunakan adalah triplek dengan ketebalan 4 mm dan ketinggian atap kandang dari lantai adalah 2 m.
Perlakuan yang diberikan adalah dua ekor sapi dijemur dan dua ekor sapi lainnya dinaungi mulai pukul 8.00 sampai 14.30. Data fisiologis dan data klimatologis diambil tiga kali yaitu pukul 10.00, 12.00, dan 14.00. Untuk menguji beda nyata antar perlakuan digunakan uji nilai tengah. Kisaran suhu lingkungan yang diukur dengan DBT (Dry Bulb Temperature)
adalah 34,3-37,8°C. Keadaan suhu lingkungan tersebut tergolong ke dalam lingkungan yang panas. Kelembaban lingkungan penelitian adalah berkisar antara 45 -52%, dan kecepatan angin rata-rata selama penelitian adalah 1,8 km/jam. Kelembaban udara dan kecepatan angin merupakan faktor lingkungan yang berperan dalam pelepasan panas oleh ternak melalui jalur evaporasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa energi radiasi matahari berperan pada penambahan beban panas ternak yaitu sebesar 77,384%. Jumlah energi radiasi matahari rata-rata yang diterima ternak yang dijemur dalam satu hari adalah sebesar 2506,72 kkal, sedangkan untuk ternak di dalam naungan memperoleh energi sebesar 1693,28 kkal yang berarti naungan menahan energi radiasi sebesar 32,45%. Peranan naungan ternyata sangat besar dalam menurunkan suhu udara di bawah naungan dan juga menurunkan tingkat stress ternak akibat radiasi matahari.
Pada hasil penelitian ini juga diperlihatkan adanya perbedaan suhu tubuh, frekuensi pernafasan, dan denyut jantung antara ternak yang dijemur dan ternak yang tidak dijemur. Hal ini menunjukkan bahwa ternak yang dijemur mengalami cekaman panas yang lebih hebat dibandingkan dengan ternak yang tidak dijemur.