Studi Pengaruh Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Abstract
Aedes aegypti adalah vektor utama penyebaran penyakit demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever). Selain itu nyamuk ini juga bertindak sebagai vektor dalam penularan beberapa penyakit manusia seperti demam kuning (Yellow fever), Filiariasis dan Equine encephalitis. Berbagai upaya pengendalian nyamuk Aedes aegypti telah dilakukan sampai saat ini, yaitu mencegah penularan penyakit dengan cara menurunkan populasi nyamuk. Salah satu tindakan pengendalian dapat mencakup pemberantasan larva menggunakan insektisida. Di Indonesia penggunaan insektisida kimia·sintetik sebagai pembasmi nyamuk Aedes aegypti telah dilakukan sejak lama, namun dengan pemakaian insektisida kimia sintetik secara berulang dapat menimbulkan resistensi vektor, bahkan matinya hewan yang bukan sasaran dan pencemaran lingkungan. Tanaman bengkuang (Pachyrhizus erosus) merupakan tanaman yang memiliki potensi sebagai insektisida nabati. Kandungan bahan kimia rotenon pada biji bengkuang dapat menyebabkan kematian pada serangga karena efek farmakologis dari rotenon adalah mencegah kemampuan untuk menggunakan oksigen pada metabolisme. Rotenon merupakan inhibitor kuat elektron tranpor yaitu antara NAD+ dengan koenzim Q, oksidasi suksinat dan sitokrom oksidase pada mitokondria. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Entomologi Bagian Parasitologi dan Patologi FKH IPB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji bengkuang (Pachyrhizus erosus) pada konsentrasi bertingkat dalam pelarut aquades, etanol dan metanol, sebaga{ bahan altematif pengendali larva nyamuk (Aedes aegypti) yang murah, mudah dibuat dan didapat serta berrnanfaat bagi masyarakat. Pembuatan ekstrak biji bengkuang dilakukan dengan terlebih dahulu biji bengkuang ditumbuk sampai hal us hingga berupa tepung. Tepung biji bengkuang dicampur ke dalam pelarut aquades, etanol dan metano!' Pengujian dilakukan dalam nampan plastikdengan jumlah larva sebanyak 20 ekor. Adapun konsentrasi yang digunakan adalah 0.10 %, 0.09 %, 0.08 %, 0.07 %, 0.06 %, 0.05 %, 0.04 %, 0.03 %, 0.02 %, 0.01 % dan 0.00 %. Setiap konsentrasi pengujian dilakukan empat kali pengulangan. Pengamatan dilakukan setiap enam jam. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemaparan ektrak biji bengkuang pada pelarut aquades, etanol dan metanol berpengaruh terhadap umur, keberhasilan larva menjadi pupa atau pupa menjadi dewasa dan jumlah kematian pada stadium larva atau pupa. Selain itu diketahui bahwa ekstrak biji bengkuang yang menggunakan etanol dan metanol lebih efektif dibandingkan dengan pelarut aquades.