Pengaruh vaksinasi tetelo terhadap leukosit ayam kampung, pelung dan kedu pada umur 1-9 minggu
View/ Open
Date
1994Author
Sari, Rimbun
Mansjoer, Sri Supraptini
Sikar, S.H. Sjahfri
Metadata
Show full item recordAbstract
Ayam lokal mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, terutama bagi masyarakat di pedesaan. Sampai saat ini, pemeliharaan ayam lokal masih bersifat tradisional dengan cara diumbar. Ayam lokal mempunyai persyaratan hidup yang lebih mudah, dapat cepat beradaptasi dan hasil produksinya lebih disukai oleh masyarakat. Namun produktivitas ayam lokal masih lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam ras. Penampilan produksi yang belum optimal pada ayam lokal, salah satunya disebabkan karena adanya Penyakit Newcastle disease atau yang lebih dikenal sebagai Penyakit Tetelo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh vaksinasi Tetelo terhadap nilai hematologis ayam Kampung, Pelung dan Kedu mulai baru menetas sampai umur sembilan minggu. Nilai hematologis yang diamati meliputi jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fa-
kultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yang berlangsung pada bulan November 1993 sampai dengan bulan Januari 1994. Rancangan percobaan yang digunakan ada- lah Rancangan Acak Tidak Lengkap (RATL) pola tersarang dengan jenis ayam seba- gai perlakuan pertama, yaitu ayam Kampung, Pelung dan Kedu. Perlakuan kedua adalah vaksinasi dan tidak divaksinasi dengan vaksin tetelo. Periode satu sampai tiga sebagai ulangan. Pengujian lebih lanjut bagi peubah yang nyata menggunakan prosedur Uji Tukey. Untuk melihat grafik nilai hematologisnya dengan vaksinasi dan tanpa vaksinasi digunakan analisis regresi linier. Ayam-ayam yang mendapat perlakuan vaksinasi ternyata mempunyai jumlah
leukosit yang tidak berbeda nyata dengan ayam-ayam yang tidak mendapat vaksinasi. Pada hitung jenis leukosit, jumlah limfosit ayam yang mendapat vaksinasi Tetelo baik ayam Kampung, Pelung dan Kedu menurun pada minggu kedua dan kelima atau satu minggu setelah vaksinasi, yang disebabkan limfosit menjalankan fungsi utamanya sebagai antibodi sebagai respon akibat adanya benda asing yang masuk dalam jaringan tubuh.
Secara keseluruhan jumlah monosit ayam yang mendapat vaksinasi lebih tinggi dari yang tidak mendapat vaksinasi, hal ini berhubungan dengan fungsi mo- nosit sebagai pertahanan tubuh melawan bakteri, benda-benda asing dan sel-sel yang mati. Monosit merupakan fagosit yang aktif.
Jumlah heterofil menurun pada minggu kedua atau seminggu setelah vaksina- si pada ayam Kampung, Pelung dan Kedu. Penurunan jumlah heterofil ini berkaitan dengan fungsi heterofil sebagai garis pertahanan pertama untuk memfagositosis ben-
da asing yang masuk dalam tubuh. Jumlah basofil tidak terlalu banyak, mengalami perubahan baik sebelum maupun setelah vaksinasi dilakukan, jumlah basofil ini relatif kecil bila dibandingkan
dengan limfosit, monosit, eosinofil dan heterofil, berkisar 0,87-1,30%; sedangkan...