Pengaruh berbagai tingkat protein dalam ransum dan jenis kelamin terhadap penampilan ayam broiler
View/ Open
Date
1991Author
Lestariningsih, Pancawati Wahyu
Gurnadi, Kartinah
Rukmiasih
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, selama 6 minggu dari tanggal 5 Juni sampai tanggal 17 Juli 1990.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh berbagai tingkat protein dalam ransum dengan kandungan asam amino metionin dan lisin yang sama dan jenis kelamin terhadap penampilan ayam broiler.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 5 x 2 dengan 4 ulangan. Faktor pertama yaitu tingkat protein yang terdiri atas 5 taraf (23%, 21%, 19%, 17% dan 15%) dan faktor kedua yaitu jenis kelamin terdiri atas 2 taraf (jantan dan betina). Setiap ulangan terdiri atas 10 ekor ayam yang ditempatkan pada kandang boks berukuran 1.0 x 1.0 x 0.75 meter dengan menggunakan alas kawat.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi antara tingkat protein dan jenis kelamin tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, bobot badan akhir, konversi ransum dan mortalitas.
Pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir ayam yang mendapat 23% protein ransum (1711.50 dan 1756.87 gram) sangat nyata (P< 0.01) lebih besar dari ayam yang mendapat 15% protein ransum, serta nyata (P< 0.05) lebih besar dari ayam yang mendapat 17% protein ransum, tetapi tidak berbeda dengan ayam yang memperoleh ransum 21% dan 19% protein. Pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir ayam broiler jantan sangat nyata (P< 0.01) lebih tinggi (1685.75 dan 1730.35 gram) daripada ayam betina (1539.62 dan 1584,12 gram).
Konsumsi ransum ayam yang mendapat 15% protein ransum (2939.42 gram) sangat nyata lebih rendah daripada yang mendapat perlakuan lainnya. Konsumsi ransum ayam yang mendapat 23% protein tidak berbeda dengan yang mendapat 21% dan 19% protein ransum. Konsumsi ransum per ekor ayam. jantan (3435.88 gram) sangat nyata (P< 0.01) lebih tinggi daripada ayam betina....