Analisis Mikrob Tanah Supresif dan Potensinya dalam Pengendalian Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Cabai
Date
2024-04-04Author
Amara, Khansa
Widodo, Widodo
Giyanto, Giyanto
Sudiana, I Made
Metadata
Show full item recordAbstract
Fusarium oxysporum f.sp. capsici merupakan patogen layu Fusarium pada
budi daya cabai dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar karena dapat
menyerang tanaman pada seluruh tahap pertumbuhan. Upaya pengendalian
penyakit telah banyak dilakukan dalam menekan infeksi patogen di lapangan, salah
satunya dengan penggunaan varietas tahan, pemanfaatan agens hayati, aplikasi
kitosan sebagai biopestisida, solarisasi tanah, dan pemupukan berimbang. Selain
itu, pada tahun 1980-an pestisida berbahan aktif metil bromida juga banyak
digunakan di beberapa negara sebagai fumigan tanah untuk mengendalikan patogen
tular tanah, salah satunya patogen layu Fusarium. Pemanfaatan bahan aktif tersebut
secara masif berdampak pada penipisan lapisan ozon di atmosfer sehingga
aplikasinya telah dibatasi pada tahun 2001. Sejak saat itu, lebih banyak perhatian
telah diberikan pada penggunaan agen hayati sebagai alternatif pengendalian
penyakit tumbuhan karena dinilai lebih aman dan dapat dimanfaatkan dalam jangka
waktu panjang.
Fenomena tanah supresif telah banyak dikaji sebagai metode pengendalian
penyakit tanaman alami di lapangan dan dicirikan dengan banyaknya sejumlah
mikrob bermanfaat yang mampu menekan populasi patogen. Sebaliknya, tanah
kondusif merupakan tanah yang sesuai untuk pertumbuhan populasi patogen karena
rendahnya aktivitas mikrob bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan membandingkan komposisi bakteri maupun cendawan Fusarium spp. pada
tanah supresif dan kondusif layu Fusarium, serta karakter fungsionalnya, yang
nantinya mampu berperan sebagai agens pengendalian hayati terhadap F.
oxysporum patogenik penyebab penyakit layu Fusarium pada tanaman cabai.
Penelitian terdiri atas pengambilan sampel tanah di lapangan, isolasi beberapa
kelompok bakteri dan Fusarium spp. dari sampel tanah supresif dan kondusif,
penghitungan populasi mikrob bermanfaat dan peran fungsionalnya, pengujian
peran mikrob bermanfaat nonpatogenik sebagai agens pengendalian hayati secara
in vitro, perankingan bakteri nonpatogenik bermanfaat menggunakan metode
analytical hierrarcy process (AHP), uji kemampuan mikrob bermanfaat secara in
planta di rumah kaca, serta identifikasi mikrob bermanfaat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total populasi bakteri pada tanah
supresif lebih tinggi dibandingkan tanah kondusif, masing-masing adalah 36,93 log
cfu/g dan 33,55 log cfu/g. Demikian pula dengan populasi bakteri tertentu, seperti
bakteri toleran panas (8,79 log cfu/g > 7,88 log cfu/g) dan Pseudomonas kelompok
fluorescent (9,00 log cfu/g > 7,35 log cfu/g). Nilai keanekaragaman bakteri
fungsional pada tanah supresif tergolong tinggi (H’ 3.70 > 3), sementara itu pada
tanah kondusif tergolong sedang (1 < H’ 2.07 < 3). Sebaran bakteri fungsional pada
kedua kelompok tanah tersebut tergolong hampir merata dan tidak ditemukan
adanya dominansi oleh jenis tertentu. Sementara itu, dari hasil uji patogenesitas
menunjukkan bakteri yang nonpatogenik pada tanah supresif lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah kondusif, masing-masing yaitu 51% dan 23%.
Bakteri nonpatogenik tersebut berpotensi sebagai plant growth promoting
bacteria (PGPB) dengan ditunjukkan oleh kemampuannya dalam memproduksi
IAA (Indol Acetic Acid), melarutkan fosfat, atau keduanya. Hanya bakteri yang
berasal dari tanah supresif yang mampu memproduksi IAA sekaligus melarutkan
fosfat dengan persentase sebanyak 48%. Sementara itu, dari uji secara in vitro tidak
ditemukan adanya bakteri nonpatogenik yang bersifat antibiosis terhadap Fusarium
yang patogenik terhadap tanaman cabai.
Selain mikrob bermanfaat dari kelompok bakteri, juga ditemukan tiga isolat
Fusarium nonpatogenik yang mampu menekan pertumbuhan Fusarium patogenik
secara in planta. Isolat Fusarium nonpatogenik tersebut ditemukan di kedua
kelompok tanah, baik tanah supresif maupun kondusif. Namun demikian, peluang
ditemukannya cendawan tersebut pada tanah supresif lebih tinggi (33,3%)
dibandingkan dengan tanah tanah kondusif (20%). Hasil identifikasi baik secara
morfologi maupun molekuler menggunakan primer ITS1/4 menunjukkan bahwa
kelompok Fusarium nonpatogenik adalah spesies F. solani, sedangkan isolat
patogenik adalah F. oxysporum.
Sebanyak tiga isolat Fusarium nonpatogenik yang didapatkan dari hasil uji
patogenesitas pada tanaman cabai diduga mampu menekan pertumbuhan F.
oxysporum melalui aktivitas kompetisi ruang dan nutrisi. Selain itu, cendawan
tersebut juga memiliki mekanisme pemacu pertumbuhan, hal ini ditunjukkan
dengan kemampuannya dalam memproduksi IAA dan melarutkan fosfat. Meskipun
Fusarium patogenik maupun nonpatogenik mampu memproduksi hormon IAA dan
melarutkan fosfat, tetapi produksi yang ditunjukkan oleh kelompok nonpatogenik
lebih tinggi dibandingkan dengan yang patogenik. Konsentrasi IAA yang
dihasilkan oleh Fusarium nonpatogenik F4N, F4LM, dan F4LN berturut-turut 8,15;
5,15; 5,32 µg/ml, sedangkan yang diproduksi oleh F. oxysporum patogenik hanya
4,96 µg/ml. Kemampuan melarutkan fosfat oleh ketiga isolat Fusarium nonpatogenik
juga lebih baik (66,02-119,18 µg/ml) dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh F.
oxysporum patogenik (31,33 µg/ml).
Peran mikrob bermanfaat, baik dari kelompok bakteri maupun cendawan
Fusarium nonpatogenik, sebagai agens pengendalian hayati penyakit layu
Fusarium ditunjukkan melalui kemampuannya dalam menekan serangan dan
perkembangan penyakit secara in planta di rumah kaca. Aplikasi mikrob
bermanfaat menunjukkan insidensi dan severitas penyakit yang lebih rendah, yaitu
kurang dari 50%, sedangkan persentase intensitas penyakit pada kontrol mencapai
70%. Sementara itu, kemampuannya dalam menekan perkembangan penyakit
ditunjukkan oleh nilai kurva di bawah luas perkembangan penyakit/area under
disease progress curve (AUDPC) pada tanaman cabai berumur 60 HST yang lebih
rendah, baik untuk indsidensi maupun severitas. Nilai AUDPC insidensi dan
severitas penyakit pada perlakuan mikrob bermanfaat, masing-masing berkisar
antara 22,50 sampai 43,75 dan 23,96 sampai 42,71. Sementara itu pada kontrol,
nilai tersebut masing-masing adalah 77,50 dan 75,83.
Secara keseluruhan perlakuan mikrob bermanfaat dari kelompok Fusarium
nonpatogenik menunjukkan hasil yang lebih baik yang ditunjukkan dengan tingkat
efikasi lebih dari 60% dibandingkan dengan aplikasi bakteri secara tunggal maupun
kombinasi antara Fusarium nonpatogenik dan bakteri yang efikasinya masih di
bawah 50%. Isolat Fusarium nonpatogenik isolat F4N menunjukkan hasil terbaik
dalam menekan penyakit layu Fusarium tanaman cabai pada pengujian di rumah
kaca maupun pengujian in vitro. Selain itu, Fusarium nonpatogenik juga
menunjukkan hasil yang lebih baik sebagai pemacu pertumbuhan tanaman yang
ditunjukkan dengan hasil pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur
60 HST.
Collections
- MT - Agriculture [3787]