Keunggulan Komparatif Karet Alam Indonesia Tahun 2003-2007
Abstract
Peranan sektor migas sejak awal tahun 90 an semakin menurun. Untuk mengantisipasi penurunan sektor migas maka pemerintah mulai memacu pertumbuhan sektor non migas. Salah satu sektor yang memberikan sumbangan devisa adalah karet. Pada tahun 2008 total devisa yang didapat dari ekspot karet mencapai USD 4,1 Milyar (BPS, 2009). Seiring dengan semakin membaiknya permintaan karet alam dunia, maka produsen utama karet alam dunia yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia melakukan berbagai riset untuk meningkatkan produksi karet alam. Seiring dengan semakin gencarnya akan dilaksanakan Asean Free Trade Area, maka Indonesia sebagai salah satu anggota harus melakukan langkah yang efektif dan strategis untuk mempertahan kinerja ekspor produk-produknya. Karet alam yang merupakan andalan ekspor Indonesia juga perlu dikaji apakah ekspor karet alam mampu bersaing dengan ekspor karet alam dari negara lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat daya saing ekspor karet alam Indonesia dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia, sehingga dadapt diketahui apakah perlu pengembangan lebih mendalam untuk meningkatkan produksi karet alam dari daya saing ekspor. Penelitian ini juga melihat kinerja ekspor karet alam Indonesia, Thailand dan Malaysia pada negara tujuan impor terbesar yaitu China, USA dan Jepang. Dari hasil pengolahan data maka terlihat bahwa daya saing ekspor karet alam Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 cenderung mengalami kenaikan yaitu dari 28,403 menjadi 37,388. sedangkan Thailand turun dari 53,190 pada tahun 2003 menjadi 32,187 untuk tahun 2007. hal uyang sama juga terjadi pada Malaysia di tahun 2003 mencapai 17,931 menjadi 10,623 tahun 2007. Sementara itu dengan menggunakan analisis constant market share analysis terhadap negara impor karet alam terbesar yaitu China, USA dan Jepang. Terlihat bahwa Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 memiliki nilai efek daya saing yang positif. Ini menunjukkan bahwa ekspor karet alam Indonesia dapat bersaing dengan negara pengekspor lainnya. Jika dilihat dari efek distribusi pasar, maka permintaan karet alam Indonesia oleh tiga negara tujuan melambat. Ini bisa disebabkan karena mutu ekspor karet masih rendah. Thailand sebagai negera pengekspor terbesar dunia, jika dilihat dari hasil perhitungan CMS pada tahun 2004-2007 menunjukkan pola yang lebih fluktuatif. Pada tahun 2004-2005 daya saing ekpor karet alam Thailand lemah dibandingkan dengan Malaysia dan Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2006-2007 daya saing ekspor karet Thailand semakin kuat seiring dengan intensifnya perluasan lahan perkebunan karet. Sementara itu efek distribusi pasar ekspor karet alam Thailand dan sama dengan Indonesia yang bernilai negatif. Ini mengindikasikan bahwa permintaan karet alam Thailand oleh negara pengimpor semakin semakin berkurang. Padahal pada tahun 2004-2005 efek distribusi pasar bertanda positif, yang berarti pertumbuhan permintaan karet alam Thailand cukup baik. Malaysia sebagai negara pengekspor terbesar ketiga memiliki efek distribusi, efek komposisi dan efek daya saing yang baik dibandingkan dengan Thailand dan Indonesia. Dari tahun 2004-2007 daya saing ekspor karet alam Malaysia cukup baik, kecuali pada tahun 2006 yang melemah. Hal ini terjadi karena permintaan domestik karet alam Malaysia meningkat. Sementara itu efek distribusi pasar sejak tahun 2004-2007 bertanda positif. Ini mengindikasikan bahwa permintaan karet alam produksi Malaysia oleh negara China, USA dan Jepang cenderung meningkat. Hal ini disebabkan oleh mutu karet ekspor Malaysia jauh lebih baik dibandingkan dengan Indonesia dan Thailand. Dengan menggunakan analisi Revealed Comparative Advantage menunjukkan bahwa peluang Indonesia untuk menjadi pengekspor utama karet alam sangat besar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil RCA yang terus meningkat dari tahun 2003 yaitu 28,403 menjadi 37,388. Dari hasil penghitungan Contant Market Share kinerja ekspor karet alam Indonesia memiliki daya saing yang kuat, walaupun jika dilihat dari efek distribusi pasar masih lemah, untuk meningkatkan kinerja ekspor karet maka perlu perhatian yang serius dari pemerintah, salah satunya dengan mengintesifkan promosi serta bantuan kepada petani karet berupa bibit, penyuluhan dan lainya sehingga keunggulan komparatif yang dimiliki bisa dipertahankan.