Analisis Manajemen Pabrik Penyamakan Kulit "x" Di Kabupaten Bandung
View/ Open
Date
1988Author
Yuni F., Indah
Moesa, Zulfikar
Lumintang, Richard
Metadata
Show full item recordAbstract
Dewasa ini industri perkulitan merupakan salah satu industri yang semakin terus berkembang. Hal ini dikarenakan kulit merupakan salah satu komoditi ekspor nonmigas yang sedang digalakkan oleh pemerintah sehingga mampu menghasilkan devisa dan mampu menyerap tenaga kerja. Dengan demikian apabila pengusahaannya mendapat perhatian dan mengalami kemajuan, maka dapat mengurangi tingkat pengangguran.
Penelitian ini dilakukan di pabrik penyamakan kulit "X" yakni salah satu pabrik penyamakan kulit yang berorientasi ekspor dan berada di wilayah Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai Febuari 1988 sampai dengan Maret 1988.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat formalisasi dan tingkat sentralisasi dari perusahaan "X", selain itu untuk mengetahui keadaan perusahaan "X" ditinjau dari keuangannya.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan perusahaan "X" mempunyai tingkat formalisasi yang tinggi dan menganut struktur kewenangan sentralisasi yang berarti kewenangan utama tetap berada ditangan direktur utama sebagai pucuk pimpinan.
Sejak berdirinya pabrik ini telah menjual kulitnya dengan orientasi ekspor. Pada tahun 1985 berjumlah 536400, tahun 1986 berjumlah 440150 dan tahun 1987 berjumlah 339911 lembar. Kualitas kulit yang diekspor hanya kelas I, II, III dan IV, hal ini sesuai dengan standar internasional yang diminta para importir. Jenis kulit yang terbanyak dihasilkan perusahaan ini berasal dari kulit domba dan kambing dianana sesuai dengan permintaan vara importir. Kulit yamg berasal dari domba dan kambing lebih halus dan mudah dibentuk sehingga cocok se bagai kulit bahan pembuat tas, sepatu, jaket dan sarung tangar.. Ditinjau dari analisis laporan keuangannya, perusahaan ini mempunyai nilai rasio lancar sebesar 101.98; 100.82; 93.14 masing- masing untuk tahun 1985,1986 dan 1987. Nilai rasio cepatnya terturut-turut dari tahun 1985, 1986 dan 1987 adalah 35.42; 29.50 dan
11.25. Nilai rasio kasnya pada tahun 1985, 0.33; untuk tahun 1986 19.45 dan tahun 1987 3.30. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat likuiditas perusahaan "X" cenderung menurun yang berarti berkurangnya kemampuan perusahaan "X" dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya.
Pada analisis solvabilitas diperoleh nilai rasio total hutang terhadap total aktiva dari tahun 1985, 1986 dan 1987 berturut-turut adalah 80.61; 75.80 dan 79.07 dan nilai rasio total hutang terhadap modal sendiri berturut-turut adalah 415.64 313.16 dan 377.84
Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan "X" sebagian besar modalnya masih berasal dari modal pinjaman.
Dilihat dari analisis rasio rentabilitas ternyata perusahaan"X" ini menguntungkan. Hal ini dapat terlihat dari hasil marjin laba dan ROI yang bernilai positif, untuk nilai marjin laba dan ROI ber- turut-turut dari tahun 1985, 1986 dan 1987 adalah 0.88; 1.70 dan 1.22 sedangkan untuk nilai ROI adalah 4.39; 7.39 dan 4.14.
Melalui analisis titik impas, nilai penjualan perusahaan "X" dapat melewati batas impas yang ditargetkan, yaitu pada tahun 1985 titik impas Rp 1 274 412 804 nilai penjualan Rp 2 276 173 843, tahun 1986 titik impas Rp 850 386 270 nilai penjualan Rp 2 518 273 812 dan tahun 1987 titik impas Rp 981 493 582.80 nilai penjualan Rp 3 347 023 339.
Collections
- UT - Agribusiness [4624]