Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat
Abstract
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang berada pada sektor pertanian. Kontribusi sub sektor hortikultura dalam perekonomian pertanian cukup signifikan yaitu sekitar 22 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian. Pada tahun 2007 hortikultura menyumbangkan PDB sekitar Rp 76,79 trilliun dan pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi Rp 80,29 trilliun. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 4,55 persen. Peningkatan PDB tersebut tercapai dikarenakan terjadi peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan. Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang saat ini dikembangkan oleh banyak masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya luas areal panen dari beberapa jenis tanaman hias. Pada tahun 2007 nilai PDB untuk komoditi tanaman hias adalah sebesar 4.741 miliar dan meningkat sebesar 28,48 persen pada tahun 2008 menjadi 6.091 miliar. Berdasarkan data tahun 2007 nilai ekspor tanaman hias Indonesia sebesar U$ 6.899.222 dan diperkirakan meningkat menjadi U$ 9.690.804 pada tahun 2008. Besarnya nilai ekspor tersebut memberikan rangsangan khususnya pada pembudidaya tanaman hias untuk selalu melakukan inovasi dalam produksi tanaman hias sehingga produknya tetap diminati konsumen. PT. Istana Alam Dewi Tara merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Adenium dan aglaonema merupakan produk tanaman hias yang menjadi unggulan pada Istana Alam Dewi Tara. Adenium merupakan tanaman hias yang lebih banyak diusahakan pada Istana Alam Dewi Tara dan aglaonema merupakan tanaman hias yang relatif baru diusahakan. Penjualan kedua tanaman ini pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 134.904.500 untuk adenium, sedangkan aglaonema adalah Rp. 33.735.000. Dalam kegiatan kontes yang dilakukan oleh perusahaan, adenium dan aglaonema dijadikan salah satu jenis tanaman yang dikonteskan. Namun sampai saat ini perusahaan merasa masih dapat memaksimalkan keuntungan dengan sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu maka penelitian ini akan dilakukan pada kedua jenis tanaman tersebut. Bagi pelaku usaha pengambilan keputusan untuk memperoleh keuntungan maksimal selain didasarkan pada pengalaman juga harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Keputusan bisnis yang dihasilkan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan akan menghasilkan keputusan yang rasional. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk melakukan analisis optimalisasi produksi yaitu linear programming. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis tingkat produksi optimal adenium dan aglaonema pada Istana Alam Dewi Tara, 2) menganalisis sumber daya yang menjadi kendala pembatas pada Istana Alam Dewi Tara, dan 3) menganalisis pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal Istana Alam Dewi Tara apabila terdapat perubahan. iv Berdasarkan hasil olahan program LINDO dihasilkan kombinasi produk optimal yang seharusnya diproduksi oleh Istana Alam Dewi Tara. Istana Alam Dewi Tara seharusnya mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp. 161.378.600 jika berproduksi pada kondisi optimal dan semua produk yang dihasilkan terjual di pasar. Selisih keuntungan aktual dan optimal yaitu senilai Rp. 61.958.160 atau sebesar 62,32 persen dari keuntungan aktualnya. Berdasarkan analisis dual sumberdaya yang menjadi kendala aktif yaitu indukan inory, indukan 9, indukan bangna, indukan clausa, indukan eye OTS, indukan geisha, indukan silviana untuk S dan M, indukan silviana untuk L, Pot S, pegasus, dan demiter. Jika kendala aktif tersebut ditambah ketersediaannya maka akan menambah keuntungan sebesar nilai dual pricenya. Penurunan harga sebesar 61 persen pada skenario 1 memberikan keuntungan sebesar Rp. 41.507.580. Keuntungan ini memiliki selisih sebesar 58,25 persen dari keuntungan aktual yang diterima oleh Istana Alam Dewi Tara, sedangkan jika dibandingkan dengan keuntungan optimal awal yang diperoleh selisihnya cukup besar yaitu Rp. 119.871.020. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika terjadi penurunan harga maka dimungkinkan akan terjadi penurunan keuntungan dan perubahan pada jumlah produksi. Pada skenario 2 yaitu pengurangan jam tenaga kerja, keuntungan yang diperoleh sama seperti keuntungan kondisi optimal awal yaitu Rp. 161.378.600. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengurangan jam tenaga kerja sebesar 50 persen tidak memberikan pengaruh pada keuntungan dan kombinasi produksi optimal awal perusahaan. Berdasarkan peramalan yang dilakukan, variabel produksi pada Istana Alam Dewi Tara mengalami kecenderungan penjualan menurun dan meningkat secara merata. Variabel yang mengalami kecenderungan yang meningkat yaitu charina (S), daun plastik (S), katupia (S), mickey mouse (S), raibenna (S), sofara (S), variegata (S), verona (S), wha-la (S), 9 (M), bangna (M), clausa (M), eye OTS (M), gheisa (M), inory (M), silviana (M), silviana (L), variegata (L), legacy (S), dan lipstik (S).
Collections
- UT - Agribusiness [4553]