Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor batubara indonesia di Pasar Jepang
Abstract
Batubara merupakan sumber energi alternatif yang dibutuhkan dunia saat ini. Menurut International Energy Agency (IEA) dalam Miranti (2008), konsumsi batubara dunia akan mengalami peningkatan antara periode tahun 2005 hingga 2015. Meningkatnya konsumsi batubara dunia tidak terlepas dari pesatnya permintaan energi dunia dimana batubara merupakan pemasok energi kedua terbesar setelah minyak. Konsumsi batubara terbesar adalah Asia yaitu sekitar 54 persen dari konsumsi batubara dunia. Konsumsi batubara tertinggi di kawasan ini adalah Jepang, Korea, Cina Taipei, India, dan Cina. Adanya pembangunan pembangkit listrik di sejumlah kawasan Asia membuat komoditi ini sangat dibutuhkan di kawasan tersebut. Indonesia sebagai eksportir batubara memikili peran yang penting sebagai pemasok batubara dunia. Menurut World Coal Institut (2007), sejak tahun 2004 Indonesia telah menjadi eksportir batubara kedua terbesar setelah Australia. Ekspor batubara Indonesia ditujukan ke berbagai negara khususnya negara-negara Asia seperti Jepang, Cina, Taiwan, India, Korea Selatan, Hongkong, Malaysia, Thailand dan Filipina. Jepang merupakan pasar utama batubara Cina, namun setelah adanya kebijakan pembatasan ekspor batubara Cina, kebutuhan batubara Jepang akhirnya dipenuhi oleh Indonesia. Kondisi tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan ekspor batubaranya di pasar Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis perkembangan industri batubara di Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di pasar Jepang, (3) menganalisis potensi ekspor batubara Indonesia di Jepang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa deret waktu (time series) dari bulan Januari tahun 2003 hingga bulan Desember tahun 2007. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai perkembangan industri batubara Indonesia dan potensi ekspor batubara Indonesia di Jepang yang diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Sedangkan metode kuantitatif dengan persamaan regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor batubara Indonesia. Model tersebut diduga dengan menggunakan metode Regresi Komponen Utama. Secara umum, perkembangan industri batubara Indonesia mengalami peningkatan baik produksi, ekspor maupun harga ekspornya. Produksi batubara Indonesia mencapai 216,930 juta ton pada tahun 2007, atau meningkat sebesar 92,5 persen dibanding tahun 2003 yang mencapai 112,668 juta ton. Sebagian besar produksi batubara Indonesia diekspor ke kawasan Asia khususnya Jepang. Berdasarkan hasil estimasi variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia adalah harga iii ekspor riil batubara Indonesia, harga ekspor riil batubara Afrika Selatan, harga ekspor riil batubara Australia, GDP riil negara Jepang, nilai tukar riil rupiah terhadap yen, dan dummy pembatasan ekspor batubara Cina. Harga ekspor riil batubara Indonesia memiliki tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis. Hal ini diduga karena tingginya konsumsi batubara Jepang yang tidak disertai dengan kemampuan produksinya serta adanya pembatasan ekspor batubara Cina mendorong Jepang mengalihkan impor batubara dari Cina ke Indonesia. Variabel yang sangat responsif terhadap permintaan ekspor batubara ke Jepang adalah GDP negara Jepang itu sendiri, sedangkan variabel lainnya pengaruhnya kurang responsif. Responsif atau tidaknya suatu variabel ditentukan oleh nilai elastisitasnya.Nilai elastisitas masing-masing variabel adalah 0,23 untuk harga ekspor batubara Indonesia, 0,21 untuk harga ekspor batubara Afrika Selatan, 0,19 untuk harga ekspor batubara Australia, 1,54 untuk GDP negara Jepang, dan 0,03 untuk nilai tukar rupiah terhadap yen. Potensi Jepang sebagai negara tujuan ekspor batubara Indonesia dilihat berdasarkan GDP negara Jepang, perkembangan konsumsi industri besar di Jepang, dan perkembangan harga batubara dunia. GDP negara Jepang cenderung mengalami pertumbuhan yang positif. Selama periode tahun 1996 hingga 2007, GDP negara Jepang rata-rata tumbuh 1,08 persen setiap tahunnya. Perkembangan konsumsi industri besar (kimia dan besi baja) di Jepang menunjukkan kenaikan yang signifikan pada industri kimia dan berfluktuatif pada industri besi baja. Sedangkan perkembangan harga batubara dunia menunjukkan bahwa harga batubara Australia merupakan harga tertinggi dan Indonesia memiliki harga yang relatif lebih murah dibanding harga dari kompetitornya.