Disinfeksi media air pada pembenihan Udang Windu (Penaeus monodon, Fab) dengan menggunakan sinar Ultraviolet
Abstract
Wabah penyakit di pembenihan udang dewasa ini merupakan salah satu kendala utama dalam kesinambungan usaha budidaya udang. Namun pengendalian penyakit yang dewasa ini dilakukan dan dipahami oleh pengusaha pembenihan udang hanyalah melalui pengobatan terutama dengan pemberian antibiotika. Desinfeksi sarana fisik dan media air pemeliharaan merupakan faktor lain yang mutlak harus dilaksanakan. Desinfeksi media pemeliharaan oleh pengusaha pembenihan lebih sering dilakukan secara kimiawi dengan pertimbangan praktis dan daya bunuhnya yang cepat. Penyaringan dan radiasi gelombang panjang merupakan cara desinfeksi fisik yang relatif aman secara kimiawi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas lama penyinaran sinar ultraviolet pada air yang digunakan sebagai media pemeliharaan larva udang windu (Penaeus monodon, Fab.) dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri dalam media air serta pengaruh sekunder terhadap pertumbuhan panjang dan kelangsungan hidup larva udang.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Ikan dan Udang, Seksi Perlindungan Lingkungan, Balai Budidaya Air Payau, Jepara, Jawa Tengah pada bulan Agustus 1993 sampai bulan Januari 1994.
penelitia Wadah penelitian yang digunakan adalah bak fiberglass berukuran (1 x 1 x 0,7) meter sebanyak 18 buah. Air yang digunakan adalah air dengan salinitas 32 0/00 yang sebelumnya telah disaring dengan saringan kantung dan diberi kaporit sebanyak 0,5 ppm.
Perlakuan adalah penyaringan media air yang diiringi penyinaran ultraviolet selama (0, 3, 6, 9, 12, 24, dan 27) jam. Masing-masing perlakuan dilakukan dalam dua wadah sebagai ulangan. Penyinaran dilakukan dengan sistem sirkulasi. Setiap bak dilengkapi aerasi sebanyak 2 buah. Udang yang digunakan adalah nauplius udang windu
(Penaeus monodon, Fab.) dengan padat penebaran awal 55 ekor per liter. Pakan yang diberikan berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami (Skeletonema sp.) diberikan hanya pada sub-stadia Zoea I dan Mysis I. Sebelum diinokulasikan ke dalam bak fiberglass, nauplius dan pakan alami diberi Erythromycine sebanyak 4 ppm. Pemberian pakan buatan dilakukan 8 kali sehari sebanyak 0,5 ppm untuk stadia zoea dan 0,75 ppm untuk stadia mysis.
Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 7 perlakuan dan masing-masing perlakuan dua ulangan. Ketujuh perlakuan adalah penyaringan media air.