Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil TPT Indonesia
Abstract
Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor terpenting penyokong perekonomian nasional. Sejak tahun 1991 sektor industri pengolahan telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Peranan sektor industri pengolahan pada tahun 2007 mencapai lebih dari seperempat komponen pembentuk PDB nasional, yaitu 27 persen yang jauh lebih tinggi dibandingkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai kontributor terbesar kedua. Pada tahun 2007, pertumbuhan sektor ini meningkat 4,7 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 4,6 persen (BPS, 2008). Salah satu sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi besar adalah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Industri TPT memiliki peran cukup besar sebagai penghasil devisa utama dalam jajaran produk non-migas. Pada tahun 2007, nilai produksi industri ini mencapai 102.217 milyar. Industri TPT Indonesia merupakan industri yang berorientasi ekspor. Sejak tahun 2006 Indonesia termasuk dalam 10 negara pengekspor TPT terbesar di pasar dunia. Ekspor Indonesia dalam kurun waktu lima tahun (2003-2007) mengalami peningkatan sebesar US$ 2.970 juta, namun Indonesia masih berada di bawah pesaing-pesaingnya seperti China dan India. Pangsa pasar ekspor TPT Indonesia terbesar adalah ke negara Amerika Serikat. Pada tahun 2007, ekspor TPT ke Amerika mencapai sepertiga dari total ekspor TPT yaitu senilai US$ 4.206 juta disusul Uni Eropa dan Jepang yang menempati posisi ke-2 dan ke-3 sebesar US$ 1.650 juta dan US$ 514 juta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan permintaan ekspor TPT Indonesia dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menganalisis bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 1993 hingga 2007. Sedangkan metode estimasi yang digunakan adalah regresi Ordinary Least Square (OLS) dengan variabel-variabel diantaranya adalah nilai tukar, GDP perkapita Eropa sebagai negara tujuan kedua ekspor TPT Indonesia, harga ekspor TPT Indonesia, harga ekspor India (pesaing) serta dummy krisis dan dummy kuota. Hasil penelitian menujukkan permintaan akan ekspor TPT Indonesia masih baik. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan ekspor yang positif pada tiga negara tujuan utama ekspor TPT Indonesia. Selain itu, hasil uji regresi menunjukkan bahwa pada taraf nyata 5 persen GDP perkapita Eropa, nilai tukar, dan harga ekspor India secara signifikan berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia, sedangkan harga ekspor TPT Indonesia berpengaruh negatif. Selain itu, hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa krisis ekonomi tahun ii 1997 dan penghapusan kuota ekspor pada tahun 2005 tidak berpengaruh signifikan pada taraf 5 persen terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Mengingat besarnya peran industri TPT dalam struktur ekspor Indonesia, maka diperlukan kebijakan yang tepat dalam rangka meningkatkan permintaan ekspor TPT Indonesia. Kebijakan tersebut diantaranya adalah : 1) Industri TPT Indonesia harus melakukan peningkatan kualitas melalui peningkatan produktivitas TPT agar mampu bersaing dengan negara pesaing seperti China dan India untuk meningkatkan permintaan akan ekspor TPT. 2) Pengusaha TPT Indonesia lebih stategis lagi dalam menetapkan harga ekspor TPT agar dapat lebih kompetitif dengan negara pesaing. 3) Perluasan pangsa pasar sebagai tujuan ekspor yang baru seperti pasar tradisional, negara-negara Afrika dan Saudi Arabia guna meningkatkan devisa negara. 4) Pemerintah perlu menindaklanjuti perjanjian perdagangan dengan negara tujuan utama ekspor TPT Indonesia seperti Amerika dan negara-negara Eropa untuk meningkatkan barganing position industri TPT Indonesia.