Analisis perubahan penggunaan lahan di sekitar cagar alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut - Jawa Barat
Abstract
Berubahnya-fungsi hutan antara lain dapat dilihat dari perubahan penggunaan lahan hutan menjadi non hutan (misalnya: perkebunan, areal pertanian, dan pemukiman) yang dapat mengakibatkan berbagai macam dampak negatif. Pemantauan perubahan penggunaan lahan hutan dan dampak perubahannya sangat diperlukan untuk mengetahui arah perubahan dan dampak jangka panjangnya bagi masyarakat dan bagi kelestarian hutan itu sendiri. Dalam penelitian ini diketahui pola perubahan penggunaan lahan dan laju/kecepatan perubahan yang terjadi serta dampak yang ditimbulkannya di sekitar Cagar Alam Leuweung Sancang. Perubahan penggunaan lahan diperoleh dengan membandingkan peta penggunaan lahan hasil interpretasi dari potret udara tahun 1982 dan tahun 1993.
Cagar Alam Leuweung Sancang sebagai satu-satunya hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa yang didominasi oleh jenis Dipterocarpa memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan harus dijaga kelestariannya. Potensi tersebut meliputi: Flora yaitu pohon pada beberapa formasi hutan di hutan mangrove terdapat 6 jenis pohon dari 5 famili, di hutan pantai terdapat 64 jenis dari 34 famili, di hutan dataran rendah memiliki 41 jenis pohon dari 34 famili, dan pada belukar tua terdapat 9 jenis pohon dari 7 famili. Tumbuhan Obat Terdapat 11 jenis tingkat semai/tumbuhan bawah, 62 jenis tingkat tiang, dan 106 jenis tingkat pohon. Rumput laut; terdapat 27 jenis rumput laut yang sebagian besar memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Adapun untuk fauna terdapat 9 jenis mamalia, 22 jenis burung dan 3 jenis reptil dan 27 jenis ikan hias. Satwa utama di Cagar Alam Leuweung Sancang adalah banteng (Bos sondaicus). Obyek lain yang juga penting adalah peninggalan Sejarah berupa petilasan yang merupakan peninggalan Kerajaan Pajajaran yang dianggap keramat.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan baik di sekitar Cagar Alam Leuweung Sancang maupun di dalam kawasan cagar alam itu sendiri. Perubahan penggunaan lahan terbesar mengarah pada pembentukan perekebunan karet dengan laju pertambahan 66,07 ha/tahun. Pada hutan mangrove dan hutan pantai cenderung tidak terjadi perubahaan penggunaan lahan. Apabila terjadi kemudahan aksesibilitas menuju kedua tipe penggunaan lahan tersebut maka perubahan penggunaan lahan akan dapat terjadi. Luas hutan primer berkurang dengan laju pengurangan sebesar 4,17 ha/tahun menjadi belukar tua (0,52%) dan padang penggembalaan (0,05%). Belukar tua bertambah dengan laju 2,26 ha/tahun, dan padang penggembalaan bertambah dengan laju 2.20 ha tahun.
Collections
- UT - Forest Management [3068]