Penggunaan zat warna dan insektisida chlorpyrifos dan monokrotopos dalam perawatan benih kedelai (Glycine max L. Merril)
Abstract
pta mili Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Pebruari 1988 sampai bulan Nopember 1988 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian zat warna dan insektisida serta jenis insektisida terhadap viabilitas benih kedelai.
Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang penting artinya dalam menu makanan rakyat Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan produksi kedelai. Usaha pemerintah tersebut masih terhambat karena kurangnya penggunaan benih bermutu dan adanya serangan hama dan penyakit.
Serangan hama biasanya dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Sekarang ini sedang dikembangkan suatu cara untuk memberi ketahanan terhadap serangan hama selama perkecambahan dan pertumbuhan bibit dengan cara perawatan benih ("seed treatment") dengan insektisida sebelum penanaman. Kedalam benih yang telah mendapat perawatan benih biasanya diberikan zat warna untuk membedakan antara benih yang mendapat perawatan dengan yang tidak atau dengan biji untuk konsumsi.
Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama mencampur benih dengan zat warna, menggunakan rancangan acak kelompok yang dilakukan tiga ulangan, dengan dosis zat warna merah yang digunakan adalah 2.0 g., 3.0 g dan 4.0 g tiap 100 g. benih dan zat warna hijau 0.8 g., 1.4 g. dan 2.0 g: tiap 100 g benih. Sebagai pembanding dilakukan pengujian terhadap benih tanpa perlakuan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat warna merah dan hijau tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh benih dan laju pertumbuhan kecambah, tetapi berpengaruh nyata terhadap keserempakan tumbuh dan pendugaan daya simpan. Dosis zat warna yang pa- ling baik dan ekonomis untuk warna merah adalah 2.0 g/100 g benih dan warna hijau adalah 0.8 g/100 g. benih…dst