Status dan Kondisi Terumbu Karang di Beberapa Lokasi di Indonesia Dalam Kurun Waktu Lima Tahun Terakhir (1995-2000).
Abstract
Terumbu karang adalah suatu ekosistem khas laut tropis yang memiliki fungsi penting baik fisik, biologi, maupun kimia. Permasalahan terumbu karang merupakan hal yang cukup rumit meskipun terumbu karang merupakan ekosistem yang unik sekaligus menarik. Sebagai negara yang berada di wilayah tropis, Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati terumbu karang dunia. Apabila ditinjau dari genera, terumbu karang Indonesia memiliki sekitar 80 genera dan apabila ditinjau dari spesies, Indonesia memiliki hampir 450 spesies. Dari segi luasan terumbu karang Indonesia memiliki luasan sebesar 60.000 km2 Oleh karena kondisi-kondisi tersebut di atas, maka diperlukan suatu pengelolaan yang terpadu untuk mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut. Upaya pengelolaan yang terpadu membutuhkan data yang lengkap, tepat dan akurat. Keberadaan data-data terumbu karang Indonesia pada sast ini masih tersebar dan belum dikompilasikan atau dikoordinasikan sehingga sulit untuk dijadikan gambaran mengenai kondisi terumbu karang Indonesia secara keseluruhan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggabungkan serta menganalisa kondisi terumbu karang dari berbagai sumber untuk melihat kondisi terumbu karang Indonesia secara menyeluruh. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data-data mengenai kondisi terumbu karang di kawasan Indonesia yang berasal dari berbagai sumber baik dari lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah dalam kurun waktu lima tahun terakhir (1995-2000). Data yang digunakan berasal dari 117 lokasi yang dikelompokkan menjadi 15 stasiun berdasarkan kedekatan wilayah mulai dari wilayah barat Indonesia hingga wilayah timur Indonesia. Untuk melihat kondisi terumbu karang, data yang digunakan adalah persentase penutupan karang hidup dan persentase penutupan karang mati, data tersebut dirataratakan untuk kemudian dimasukan ke dalam kategori terumbu karang menurut kategori Gomez dan Yap (1984). Selain itu untuk mengetahui rasio kematian karang digunakan ··indeks- mortalitas:' ·Sedangkanindeks··Bray"Curtisdigunakanuntukmelihat-tingkat ... pengelompokkan masing-masing stasiun. Hasil pengolahan data menunjukkan persentase penutupan rata-rata karang hidup di Indonesia pada kedalaman 3 meter berada pada kisaran 0,00% sampai 94,66%, persentase terendah pada wilayah pulau Siberut dan persentase tertinggi pada kepulauan Togian. Berdasarkan kategori yang diberikan Gomez dan Yap (1984) secara keseluruhan kondisi terumbu karang di kedalaman 3 meter sebanyak 28,32% berada pada kondisi sedang, 16,81% dalam kondisi baik dan 7,96% pada kondisi sangat baik. Pada kedalaman 10 meter persentase penutupan rata-rata karang hidup berada pada kisaran 3,49% sampai 72,18%. Persentase tertinggi ada pada kepulauan Togian dan terendah ada pada pulau Siberut Secara keseluruhan kondisi terumbu karang di kedalaman 10 meter sebanyak 7,23% termasuk kategori sangat baik, 6,02% masuk kedalam kategori baik, 36,14% pada kondisi sedang dan 50,60% pada kondisi buruk. Di kedalaman 3 meter persentase rata-rata penutupan karang mati di wilayah Indonesia berada pada kisaran 2,53 % sampai 48,45 % dengan persentase terendah ada pada stasiun 12 yaitu kepulauan Togian, sedangkan persentase tertinggi ada pada stasiun 5 yaitu Lampung. Pada kedalaman 10 meter persentase penutupan rata-rata karang mati ada pada kisaran 1,7 % di stasiun 11 yaitu Kalimantan timur sampai pada 43,51 % di stasiun 4 yaitu pesisir timur Siberut. Dari hasil analisa terlihat trend penutupan karang hidup yang mengalami peningkatan dari stasiun 1 di wilayah barat Indonesia hingga stasiun 15 di wilayah timur Indonesia. Kondisi sebaliknya pada persentase penutupan karang mati yang mengalami penurunan dari wilayah barat hingga wilayah timur Indonesia. Nilai indeks mortalitas yang dihasilkan menunjukan bahwa wilayah Indonesia pada kedalaman 3 meter memiliki niIai dari 0,09 sampai 0,7. Pada kedalaman 10 meter berkisar dari 0,04 hingga 0,9. Tingkat kematian karang tertinggi ada pada stasiun 5 yaitu Lampung di kedalaman 3 meter dan pada stasiun 4 yaitu pesisir timur Siberut pada kedalaman 10 meter. Tingkat kematian karang terendah ada pada stasiun 11 yaitu Kalimantan timur pada kedalaman 3 meter begitu juga pada kedalaman 10 meter stasiun 11 tercatat memiliki nilai indeks mortalitas terendah Dari data mengenai persen penutupan karang mati, persen penutupan karang hidup dan indeks mortalitas terlihat bahwa kerusakan karang terbesar ada pada wilayah barat Indonesia. Hal ini sesuai dengan data kerusakan karang yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, penyebab kerusakan karang di wilayah barat Indonesia lebih kompleks dibandingkan dengan penyebab kerusakan karang di wilayah timur Indonesia. Penyebab kerusakan karang yang utama di Indonesia adalah aktivitas penangkapan ikan yang merusak yaitu pengeboman yang terdapat hampir di seluruh kawasan terumbu karang di Indonesia. Selain itu penggunaan racun sianida serta penggunaan bubu juga merupakan faktor perusakan karang akibat penangkapan ikan. Hasil perhitungan indeks Bray-Curtis pada stasiun pengamatan di kedalaman 3 meter menunjukkan tingkat kesamaan komunitas karang yang diperoleh berkisar antara 100 hingga 5,2. Untuk kedalaman 10 meter diperoleh tingkat kesamaan yang berkisar antara 100 sampai 24. Dari hasil analisa di kedalaman 3 meter didapatkan lima kelompok stasiun, sedangkan di kedalaman 10 meter didapatkan lima kelompok stasiun. .. -_. -Dari--hasil-analisa-di .atas dapatdisimpulkanbahwakondisi-terumbukarang-di wilayah di Indonesia dari barat hingga timur berada pada kondisi buruk, sedang, balk, dan sangat baik. Berdasarkan nilai indeks mortalitas terlihat suatu trend kematian karang yang semakin ke timur semakin rendah, sedangkan tingkat kematian karang tertinggi ada pada wilayah barat Indonesia. Berdasarkan proses serta hasil yang didapat dari penelitian ini, maka dirasakan perlunya suatu standar pengumpulan data karang yang seragam untuk monitoring terumbu karang di Indonesia. Sistem data base sebagai pusat pegumpulan data terumbu karang seluruh Indonesia diperlukan dalam menunjang pengelolaan ekosistem terumbu karang. Berdasarkan informasi di atas, maka pada wilayah barat Indonesia bentuk pengelolaan yang dirasakan perlu adalah pengembangan program rehabilitasi terhadap kawasan terumbu karang yang telah rusak, sedangkan untuk wilayah timur Indonesia bentuk pengelolaan yang diperlukan adalah perencanaan manajemen yang lebih memperhatikan perlindungan terhadap ekosistem terumbu karang.