Toksisitas Air Waduk Cirata pada Kedalaman yang Berbeda terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L) dan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage).
Abstract
Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya perairan di Waduk Cirata adalah budidaya ikan dengan menggunakan ka.amba jaring apung (KJA). KJA merupakan metode budidaya yang prahis dan ekonomis, tetapi menghasilkan produksi ikan yang tinggi, memiliki prospek di masa depan sehingga perlu dikembangkan dan dipertahankan. Di sisi lain budidaya ikan secara intensif dalam KJA menghasilkan limbah seperti kotoran ikan, sisa pakan yang terbuang dan Iimbah "penunggu" KJA tersebut. Kematian secara masal yang terjadi pada KJA karena ikan teracuni oleh bahan toksik dan kondisi lingkungan yang buruk ketika terjadi arus balik (Up Welling). Peristiwa arus balik di Waduk Cirata sudah terjadi pada Oktober 1990 sebanyak 10.154 kg, setahun kemudian 41.717 kg dan pada tanggal 31 November - 4 Desember 2000 sebesar 930 ton dari 30.000 buah KJA (Unit Pelaksana Teknis Dinas Budi Daya Air Tawar Perairan Urnurn Saguling-Cirata dalam Suganda, 2001). Untuk mengetahui toksisitas air Waduk Cirata terhadap kegiatan budidaya, diperlukan suatu pengujian tentang toksisitas air Waduk Cirata terhadap ikan-ikan yang dibudidayakan di KJA diantaranya ikan mas (Cyprillus carpio L) dan ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage). Pereobaan dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April 2001, di Waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat. Ikan uji dimasukkan ke dalam karamba yang berukuran 30x20x20 em sebanyak 10 ekor, lalu ikan ditempatkan pada 4 titik pengamatan yang telah ditentukan dengan menggunakan detektor redoks. Setiap titik pengamatan merupakan perlakuan dan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan padajam ke-6, 12,24,36 dan 48. Dari hasil pereobaan pendahuluan diperoleh nilai ambang atas pada nilai ratarata redoks -104 mv dan ambang bawah pada rata-rata redoks -41 mv. Pada percobaan utama (uji toksisitas) diperoleh nilai rata-rata redoks pada ikan mas sebesar -36 my, -62 my, -88 my dan -107 my sedangkan pada ikan patin sebesar -35 my, -58, my, -80 my dan -104 my. Persamaan regresi untuk ikan mas y = -0.465x - 19.346 dengan r = 0.963 sedangkan untuk ikan patin y = -0.471 - 20.122 dengan r = 0.956. Dimana x adalah nilai redoks dan y merupakan kematian ikan uji. Dan persamaan tersebut diperoleh LCSD dan air Waduk Cirata pada waktu dedah 48 jam untuk ikan mas sebesar -74 my pada kedalaman 3.045 m sedangkan untuk ikan patin sebesar -75 my pada kedalaman 3.463 m. LCso ikan patin lebih besar dibandingkan ikan mas, hal ini dikarenakan ikan patin mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan ikan mas Hasil pemantauan parameter fisika kimia air selama percobaan menunj ukkan bahwa kondisi perairan dari kedalaman 0 meter hingga kedalaman 4 meter masih layak untuk budidaya ikan secara intensif sedangkan pada kedalaman lebih dari 4 meter kondisi perairan sudah tidak layak untuk budidaya ikan secara intensif. Parameter fisika kimia air untuk ikan mas dan ikan patin yakni, suhu 30 - 31 DC dan 30 - 31 DC; oksigen terlarut 2.82 - 6.05 mg/l dan 2.42 - 6.25 mg/l; pH 7; amonia 0.038 - 0.468 mg/I dan 0.009 - 0.170 mg/l; ortofosfat 0.016 - 0.142 mg/l dan 0.014 0.186 mg/1.