Aspek Biomorfometrik Keong Macan (Babylonia spira/a,L.) di Teluk Pelabuhan Ratu Pada musim Timur
Abstract
Keong Macan (Babylonia spira/a) merupakan sumberdaya hayati yang memiliki nilai ekonomis karena banyak mengandung protein, kandungan lendir yang sedikit, rasanya enak dan mudah dalam proses pengelolaannya. Pemanfaatan Keong Macan yang dilakukan secara besar-besaran dan tidak sesuai dengan kemampuan regenerasi organisme tersebut teIjadi dikarenakan ketidaktahuan para nelayan. Hal ini teIjadi karena informasi mengenai Keong Macan di Indonesia belum bekembang. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai aspek-aspek biologi. Aspek biologi ini merupakan pengetahuan dasar dalam pengembangan dan pemanfaatan keong tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2000 di Teluk Pelabuhan Ratu. Pengamatan dilakukan di laboratorium biologi laut FPIK-lPB. Alat dan bahan yang digunakan adalah alat tangkap standar Godang); jangka sorong untuk mengukur panjang total; neraca digital untuk menimbang berat total, berat cangkang, berat daging, dan berat gonad; plastik sampel; alat bedah; cawan petri dan formalin. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak empat kali setiap dua minggu sekali di Teluk Pelabuhan ratu yang meliputi lima titik pengambilan contoh. Dalam setiap titik, contoh diambil sebanyak 40 ekor. Pada perhitungan hubungan panjang total dengan berat totaLdidapat persamaan _Log Vi =~3,23 +2,72 LogL dengankoefisien determinasi 93,8% dan koefisien korelasi sebesar 0,97. Berdasarkan hasil uji F pada semua contoh didapat nilai F hitung lebih besar dari F tabel, yang artinya tolak HO. Hal ini menunjukkan bahwa nilai b berbeda nyata dengan 3 (Steel and Toorie,1993). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Keong Macan bersifat alometrik yaitu pertumbuhan panjang tidak sebanding dengan pertumbuhan berat. Hal ini berati Keong Macan tidak mengikuti hukum kubik. Hubungan antara panjang cangkang dengan berat cangkang bersifat linier logaritmik dengan persamaan Log Wc=-3,32+2,66LogL. Koefisien determinasi sebesar 86,8% yang berarti bahwa panjang cangkang berpengaruh terhadap berat cangkang sebesar 86,8%, sedangkan koefisien korelasi antara panjang cangkang dengan berat cangkang sebesar 0,93. Koefisien determinasi dan koefisien korelasi pada hubungan panj ang total dengan berat total cenderung lebih besar daripada koefisien determinasi dan koefisien korelasi pada hubungan panjang total dengan berat cangkang. Hal ini berarti keeratan hubungan antara panjang cangkang dengan berat totallebih besar dibandingkan dengan hubungan panjang cangkang dengan berat cangkang. Faktor kondisi pada Keong Macan relatifkonstan yaitu pada kisaran 0,927 sampai 1,205. Nilai faktor kondisi tersebut mengalami fluktuasi yang cukup kecil sehingga diduga Keong macan tersebut berasal dari populasi, habitat dan makanan yang sama (Effendie,1997). Faktor kondisi juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad. Peningkatan nilai RGS biasanya diikuti dengan penurunan nilai faktor kondisi karena bila sedang terjadi perkembangan gonad maka energi pada tubuh keong difokuskan untuk perkembangan gonad bukan untuk perkembangan tubuh. Dari perhitungan RGS pada keempat pengambilan contoh dapat diketahui bahwa terjadi pergeseran periode peningkatan kematangan gonad. Pada keong betina sudah mulai terjadi peningkatan kematangan gonad pada pengambilan contoh pertama sedangkan pada keong jantan peningkatan kematangan gonad barn dimulai pada pengambilan contoh kedua. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa sejak pengambilan contoh pertama (7Agustus 2000)sampai pengambilan contoh keempat (20 September 2000) tidak terjadi puncak pemijahan karena adanya perbedaan waktu peningkatan kematangan gonad sehingga proses kopulasi tidak terjadi. Agar dapat diketahui kapan terjadi puncak pemijahan perlu adanya penelitian dalam kurun waktu yang lebih lama. Berdasarkan hubungan dari rasio berat daging/berat total dengan Rapport Gonado Somatic dapat diketahui bahwa keong mengalami dua kali siklus kematangan gonad. Siklus pertama kematangan gonad pada kelompok ukuran 31,48-37,II mm yang diikuti dengan _._~ ----- peningkatan rasio berat daginglberat total. Siklus kedua pada kelompok ukuran 45,58-48,39 mm. Pada kelompok ukuran ini nilai RGS sebesar 8,30%, diduga pada kelompok ukuran ini adalah kondisi induk yang siap mengalami pemijahan dan rasio berat daginglberat total tidak terlalu besar karena pada kelompok ukuran ini energi difokuskan untuk perkembangan gonad. Agar proses penangkapan tidak mengganggu kelangsungan regenerasi dari Keong Macan sebaiknya dilakukan penangkapan pada ukuran lebih dari 48,40 mm, sedangkan untuk kelompok ukuran yang lain sebaiknya dikembalikan lagi ke laut.