Perencanaan pola tata runagn pertanian daerah transmigrasi skp E rumbia, Sulawesi Tenggara dalam rangka peningkatan pendapatan transmigran
View/ Open
Date
1989Author
Hudaya, Daeng Ruchyat
Nasoetion, Lutfi I.
Winoto, Joyo
Metadata
Show full item recordAbstract
Keadaan daerah Transmigrasi SKP E belum dapat dikatakan layak, karena perkembangan pertanian sebagai tulang punggung belum memberikan pendapatan yang memadai. Dalam rangka mempertahankan eksistensi Transmigrasi ini diperlukan suatu perencanaan wilayah pertanian yang sesuai dengan kondisi alamnya. Perencanaan tersebut mencakup pola tata ruang pertanian yang optimal dan analisis kelayakan pemberian kredit dengan tujuan meningkatkan pendapatan transmigran.
Lahan-lahan di SKP E terdiri dari tiga kelompok kelas kesesuaian lahan, antara lain: (1) CP1-ud, CP1-ah, dan CP3 dengan kelas kesesuaian S3 (m,s) untuk tanaman lahan kering, S1 untuk jambu mete, dan N1 (m) untuk padi sawah dengan tanah termasuk golongan Haplustalf aquik, Haplustalf tipik, dan Plinthustalf aquik; (2) CP1-ca kelas kesesuaian lahannya N1 (m,s) untuk tanaman lahan kering, S2 (m,s) untuk jambu mete, dan N1 (m) untuk padi sawah dengan golongan tanah Haplustalf aquik; (3) CP2-ac dan CP2-na dengan kelas kesesuaian S3 (m,f) untuk tanaman lahan kering, $1 untuk jambu mete, dan N1 (m) taka padi sawah dengan golongan tanah Tropaqualf plintit dan Tropaquept vertik.
Perencanaan pola tata ruang pertanian ini terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Perencanaan pola tanam tanaman semusim di pekarangan dan LU I menggunakan analisis program linier.
2. Perencanaan pola tanam tanaman tahunan di LU II dengan analisis kelayakan kredit.
Model-model dalam analisis program linier disusun berdasarkan dua kelompok kelas kesesuaian dan dua paket rekomendasi. Analisisnya terdiri dari dua, yaitu: (1) analisis tanpa biaya tenaga kerja keluarga dan; (2) analisis dengan biaya tenaga kerja keluarga. Pada analisis kedua hasil pola tanam memberikan pendapatan pertahun yang minim yaitu antara Rp 156 704,60 Rp 159 046,40. dan Hal ini karena pada analisis ini tenaga kerja keluarga dihitung sebagai biaya produksi. Pada analisis pertama tenaga kerja keluarga tidak dihitung sebagai biaya produksi, sehingga analisis ini memberikan pendapatan cukup tinggi, yaitu antara Rp 520 247,70 dan Rp 530 733,80,..dst