Analisis pendapatan dan pembentukan modal pada usahatani lahan tidur : Studi kasus di kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak
Abstract
Sejak pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Krisis ekonomi ini ditandai dengan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi. Akibatnya banyak kegiatan produksi yang dihentikan karena kekurangan dana dan perusahaan tersebut melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja. Selain itu juga banyak lahan-lahan yang tidak lagi digunakan karena dihentikannya kegiatan proyek. Di satu sisi banyak tenaga kerja yang menganggur dan di sisi lain banyak terdapat lahan yang tidak digunakan. Kondisi ini mendorong para pengangguran memanfaatkan lahan tersebut untuk kegiatan pertanian.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis struktur pendapatan petani penggarap lahan tidur, melihat bagaimana distribusi pengeluaran rumah tangga petani penggarap lahan tidur, menganalisis pembentukan modal oleh petani penggarap lahan tidur.
Kelurahan Lebak Bulus dipilih karena secara geografis letaknya strategis, berada di pinggir kota tapi dekat dengan pemerintahan pusat. Lokasi ini menguntungkan karena mempermudah kegiatan pemasaran hasil pertanian. Jumlah penduduk terbesar berada dalam kelompok usia produktif merupakan modal utama daerah ini.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Oktober 1999 sampai akhir bulan November 1999 di Kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak. Responden dipilih secara purposive sebanyak 25 orang sedangkan sumber data sekunder didapat dari artikel majalah dan koran, laporan penelitian terdahulu dan laporan instansi terkait lainnya yang dapat dianggap sebagai sumber data.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa pendapatan terbesar didapat oleh petani dengan luas lahan lebih besar dari 0,3 hektar yaitu sebesar Rp 23.760.000 dengan pendapatan dari sektor usahatani Rp 19.020.000 sehingga rasio perbandingannya sebesar 4,01. Sedangkan berdasarkan hasil analisis pengeluaran didapat bahwa untuk pengeluaran konsumsi yang terbesar adalah kelompok petani dengan luas lahan antara 0,2 hektar sampai 0,3 hektar yaitu sebesar Rp 10.930.500 karena pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Sedangkan untuk pengeluaran produksi terbesar adalah kelompok petani dengan luas lahan antara 0,1 hektar sampai 0,2 hektar yaitu sebesar Rp 9.394.752 dengan bagian pengeluaran terbesar untuk sewa tenaga kerja. ..dst