Analisis Respon Penawaran Kopi di Indonesia
Abstract
Kopi merupakan komoditi penting secara global jika dilihat dari nilai perdagangannya. Kopi memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional khususnya sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi petani ataupun pelaku ekonomi lainnya yang terlibat baik dalam kegiatan on-farm maupun off-farm. Kopi merupakan produk perkebunan yang mempunyai peluang pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi diekspor ke pasar dunia. Ekspor kopi Indonesia hampir seluruhnya dalam bentuk biji kering dan hanya sebagian kecil dalam bentuk hasil olahan. Tujuan ekspor kopi utama Indonesia antara lain adalah negara-negara anggota MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa), negara kawasan Amerika khususnya negara Amerika Serikat serta negara di kawasan Asia seperti Jepang, Singapura, Korea dan Malaysia. Apabila dilihat berdasarkan luasan areal perkebunan, Indonesia berada di urutan kedua terbesar. Namun, untuk produksi dan ekspor masih berada di posisi keempat. Permasalahan yang dihadapi adalah produktivitas yang masih rendah dan kontribusi ekspor kopi terhadap penerimaan devisa pada subsektor perkebunan dan sektor pertanian juga cenderung menurun. Hal ini karena perkebunan kopi Indonesia sebagian besar adalah perkebunan rakyat yang penanamannya masih secara tradisional dengan pengelolaan budidaya dan penanganan pasca panen masih kurang memadai, yang pada akhirnya menghasilkan kualitas kopi yang rendah jika dibandingkan negara produsen kopi lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal dan produktivitas dan melihat respon penawaran kopi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dapat dijelaskan dengan melihat perkembangan luas areal, produksi, produktivitas, harga serta volume dan nilai ekspor komoditi kopi Indonesia. Sedangkan pada analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon luas areal dan respon produktivitas serta bagaimana respon penawaran kopi terhadap harga kopi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Respon penawaran dapat diketahui melalui dua pendekatan yaitu respon luas areal dan respon produktivitas. Pada analisis ini menggunakan Model Penyesuaian Parsial Nerlove dan diestimasi dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi kopi Indonesia mempunyai prospek yang baik untuk terus dikembangkan. Perkembangan luas areal dan produksi cenderung meningkat selama periode analisis (Tahun 1969-2005). Pada tahun 1969 produksi kopi yang mampu dihasilkan adalah sebesar 173.613 ton dalam areal seluas 379.634 hektar. Pada tahun 2005 produksi kopi Indonesia sudah mampu mencapai 640.365 ton dengan luas areal 1.255.272 hektar. Namun demikian, tingkat produktivitas perkebunan kopi Indonesia secara keseluruhan memiliki kecenderungan yang konstan. Pada awal tahun analisis yaitu 1969, tingkat produktivitas sebesar 0,46 ton/ha. Pada akhir tahun analisis yaitu 2005, tingkat produktivitas sebesar 0,51 ton/ha. Rata-rata tingkat produktivitas perkebunan kopi Indonesia selama periode tahun analisis 1969-2005 adalah 0,42 ton/ha. Perkembangan volume dan nilai ekspor Indonesia pada periode tahun 1969-2005 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, dengan tingkat fluktuasi nilai ekspor yang lebih tajam daripada volume ekspornya. Selama periode tersebut pertumbuhan volume ekspor dan nilai ekspor rata-rata meningkat sebesar 5,45 persen dan 14,65 persen. Berdasarkan hasil estimasi respon luas areal, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas areal kopi adalah harga kopi tahun sebelumnya, harga kelapa sawit tahun sebelumnya dan luas areal tahun sebelumnya. Sedangkan pada respon produktivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi respon produktivitas adalah harga kopi dan upah buruh perkebunan. Respon penawaran kopi di Indonesia dapat diketahui dengan terlebih dahulu menghitung nilai elastisitas penawaran kopi di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian, respon penawaran kopi terhadap harga kopi dalam jangka pendek sebesar 0,1715, sedangkan respon penawaran kopi terhadap harga kopi dalam jangka panjang sebesar 0,3679. Hal ini berarti bahwa apabila harga kopi naik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, keputusan untuk meningkatkan penawaran melalui peningkatan luas areal dan produktivitas peluangnya relatif besar. Namun, respon penawaran jangka panjang lebih besar dibandingkan dengan respon penawaran jangka pendek. Implikasinya peluang untuk meningkatkan luas areal dan produktivitas dalam jangka panjang lebih baik daripada peluang dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan karena dalam jangka panjang petani mempunyai kesempatan untuk melakukan berbagai penyesuaian dalam proses produksinya serta sudah terdapatnya peran kemajuan teknologi.