Tingkah laku tarsius (T. spectrum) di dua lokasi penangkaran di Bogor
View/ Open
Date
2003Author
Hadiatry, Maureen Chrisye
Mansjoer, Sri Supraptini
Noordin, Muchidin
Metadata
Show full item recordAbstract
Tarsius spectrum merupakan satwa primata kecil asli Indonesia. Tarsius memiliki keistimewaan pada mata karena dapat melihat pada malam hari lebih tajam dan organ mata relatif besar dibandingkan organ kepala lainnya. Kepala dapat berputar sampai 180º dan mengeluarkan suara yang khas sebagai alat komunikasi antar spesiesnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, tarsius adalah hewan yang dilindungi dan dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) termasuk satwa primata dalam status Appendix II. Atas dasar tersebut diperlukan usaha untuk mencegah kepunahan satwa tarsius ini, misalnya dengan mencari berbagai informasi yang mengarah pada penyempurnaan budidaya tarsius.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang sistim penangkaran dan tingkah laku tarsius di dua lokasi penangkaran yaitu Pusat Studi Satwa Primata, Lembaga Penelitian IPB dan CV. Penta Exomania. Peubah yang diamati meliputi keadaan umum yaitu keadaan lingkungan lokasi penangkaran, perkandangan, pemberian pakan, kondisi reproduksi dan penanganan kesehatan. Gambaran tingkat kesejahteraan hewan diamati melalui tingkah laku harian yang meliputi tingkah laku bersuara, lokomosi, memeriksa, bermain, mencari perlindungan, seksual, merawat diri, agonistik, istirahat, makan, minum dan membuang kotoran. Tingkah laku khusus yang diamati terutama tingkah laku makan
Pengamatan tingkah laku harian dilakukan dengan nenggunakan metode One Zero Sampling yang dibagi dalam tiga fase yaitu Fase 1 (pkl. 06.00-14.00 WIB), Fase II (pkl. 14.00-22.00 WIB) dan Fase III (pkl. 22.00-06.00 WIB) sedangkan tingkah laku makan diamati dengan menggunakan metode Absolut. Pengamatan untuk tingkah laku makan di PSSP dilakukan satu fase yaitu pkl. 18.00-06.00 WIB sedangkan di CVPE dibedakan menjadi dua fase yaitu pkl. 15.00-24.00 WIB dan pkl. 24.00-07.00 WIB. Tingkah laku makan yang diamati meliputi urutan perilaku mengamati mangsa, menghampiri mangsa. menangkap mangsa, melumpuhkan mangsa, melompat kembali ke tenggeran, memasukkan mangsa ke dalam mulut, mengunyah dan minum. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Hasil pengamatan tingkah laku harian di dua lokasi penangkaran menunjukkan bahwa aktivitas harian tarsius yang ada di PSSP dan CVPE cenderung mengalami perubahan pada setiap jam pengamatan. Pada kedua lokasi penangkaran, istirahat adalah kegiatan yang dominan terjadi saat siang hari (06.00-18.00 WIB). Persentase rerata frekuensi istirahat saat siang hari di PSSP dan CVPE secara berturut-turut 64,16% dan 65,54%. Pada saat malam hari (18.00-06.00), tingkah laku memeriksa dominan terjadi di PSSP dengan persentase rerata frekuensi 29,56%, sedangkan di CVPE tingkah laku yang dominan terjadi saat malam hari adalah lokomosi dengan..dst