Pengaruh Surfaktan Detejen Alkyl Sulfate (AS) Terhadap Larva- Juvenil Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.)
Abstract
Peluang berkembangnya usaha budidaya di Indonesia sangat besar seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan ikan. Namun demikian masalah utama yang menghambat berkembangnya usaha budidaya di Indonesia adalah masalah menurunnya kualitas perairan. Limbah yang sering mencemari perairan adalah limbah domestik dan limbah industri. Detejen merupakan salah satu lirnbah utama dari buangan domestik/rumah tangga dan pabrik. Surfaktan adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dalam detejen, dimana deterjen banyak digunakan sebagai bahan pembersih oleh masyarakat. Kelompok surfaktan anionik banyak digunakan dalam berbagai produk. Surfaktan anionik yang umum digunakan adalah Alkyl Sulfate (AS) yang lebih dikenal sebagai Sodium Dodecyl Sulfate (SDS). AS banyak digunakan dalam produk seperti produk pencuci, shampoo dan pasta gigi. Dete jen yang banyak digunakan masyarakat umurn merupakan salah satu bahan yang memiliki potensi untuk mencemari perairan. Masuknya surfaktan dari penggunaan deterjen dalam jumlah tertentu kedalam perairan umum, dimana perairan merupakan media untuk budidaya ikan, dapat menyebabkan menurunnya kualitas air yang selanjutnya dapat mempengaruhi produksi ikan. Salah satu jenis ikan yang umum dibudidayakan di Indonesia khususnya Jawa Barat adalah ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Karena ikan ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, mudah dibudidayakan, pertumbuhan cepat dan dapat hidup di berbagai perairan (sungai,danau dll)(Sumantadinata, 1995). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh surfaktan deterjen Alkyl Sulfate (AS) terhadap larva - juvenil ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan cara mencari nilai LCSo- 96 jam serta mengukur pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan mas. Penelitian ini dilakukan bulan Juni - Oktober 2000 di Lab. Lingkungan dan Kesehatan Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, FPIK - IPB. Penelitian ini dimulai dengan beberapa tahap antara lain : (3) Pembuatan Kurva Standar, (2) Range Finding Test (data berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Permatasari 2000), (3) Uji toksisitas surfaktan. Uji toksisitas dilakukan dua tahap : (a) Uji akut (LCSo), dilakukan dengan menggunakan 6 macam konsentrasi yaitu 8.9; 15.7; 19.5; 24.5; 28.9 dan 0 mg/l sebagai kontrol. Pengujian dilakukan pada akuarium dengan volume 5 liter yang telah diisi air yang telah difilter 3 kali dengan jumlah hewan uji sebanyak 25 ekor ikan yang berumur +72 jam setelah menetas, pengamatan larva dilakukan pada jam ke-2, 4, 6, 9, 12, 24 sampai jam ke-96. Pergantian air dilakukan sebanyak 200% per hari dengan penyiponan. (b) Uji kronik (35 hari pemeliharaan), dilakukan dengan menggunakan 5 macam konsentrasi yaitu 0.2; 0.6; 1.9; 6.0 dan 0 mgfl sebagai kontrol, pengujian dilakukan sama seperti uji akut namun umur ikan yang digunakan adalah +24 jam setelah menetas dengan ganti air sebanyak 1000% dengan system flow trough dan digunakan ikan uji sebanyak 30 ekor. Semua uji ini dilakukan dengan menggunakan dua kali ulangan. Adapun parameter yang diamati adalah kualitas air parameter yang diukur adalah suhu, DO, pH, alkalinitas, kesadahan, nitrit dan amoniak. Selain itu diamati pula pertumbuhan baik panjang maupun bobot dan tingkat kelangsungan hidup ikan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL data kematian, pertumbuhan panjang dan berat dianalisa menggunakan ANOVA mengikuti prosedur Steel and Torrie (1984) yang dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) apabila pada uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang nyata. Penentuan nilai LCs0 dilakukan dengan menggunakan metode Probit (Finney, 1971). Dan tahap terakhir adalah pengamatan preparat histologi organ hati, insang, usus dan ginjal dari ikan uji Setelah dilakukan analisa Probit diperoleh persamaan linier untuk nilai LC50 - 96 jam yaitu Y = 1.533 + 2.701x, dimana x adalah logaritma konsentrasi surfaktzn AS dan Y adalah persentase probit kematian larva uji. Sehingga dari persamaan ini diperoleh nilai LCSo-96 jam sebesar 19.208 mg/l AS dengan ambang atas dan ambang bawah sebesar 11.879 - 31.059 mg/l AS. Hasil pengukuran terhadap kualitas air pada uji toksisitas terhadap larva - juvenil ikan mas secara umum menunjukkan kisaran yang dapat digunakan untul: menunjang kehidupan hewan uji dalam ha1 ini ikan mas. Dengan kata lain bahwa kematian ikan saat uji toksisitas bukan disebabkan oleh faktor kualitas air melainkan oleh perlakuan surfaktan AS. Surfaktan AS memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan pada masa pemeliharaan 35 hari. Dimana pada perlakuan dengan konsentrasi tertinggi, 6.0 mg/l AS diperoleh pertumbuhan yang lebih cepat sebesar 6.9952 untuk pertumbuhan panjang dan 1.5088 untuk pertumbuhan berat jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Kesimpulan ini didukung dari hasil uji statistik yang menunjukkan hasil berbeda nyata dari perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan (p< 0,05).