Penyamakan Kulit Ikan Tuna (Thunnus sp.) Menggunakan Kulit Kayu Akasia (Acacia mangium Willd) Terhadap Mutu Fisik Kulit.
Abstract
Indonesia pernah menjadi negara pengekspor kulit terutama kulit yang berasal dari hewan ternak. Pada tahun 1996 ekspor kulit dapat memberikan kontribusi ekspor sebesar 2,4 miliar dolar AS yang menduduki urutan ketiga di bawah tekstil dan kayu sebagai komoditi ekspor utama non migas. Tetapi pada saat ini kenyataannya Indonesia kekurangan pasokan bahan baku. Impor bahan baku kulit untuk memenuhi kebutuhan industri pun terus meningkat. Oleh karena itu diperlukan antisipasi dengan mencari bahan baku untuk menutupi kekurangan kulit mentah yang berasal dari hewan ternak. Sebagai alternatif dapat digunakan kulit yang berasal dari ikan. Salah satu komoditi perikanan yang diproduksi dalam jumlah besar di Indonesia dan juga merupakan komoditas ekspor adalah ikan tuna (Thunnus sp). Selama pengolahan ikan tuna banyak dihasilkan limbah berupa kulit dalam jumlah besar. Oleh karena itu sangat cocok bila limbah kulit ini digunakan sebagai bahan baku penyamakan. Penyamakan dengan menggunakan bahan penyamak nabati belum banyak dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini akan mencoba menggunakan bahan penyamak nabati dengan didahului penyamakan krom pada tahap pretanning. Bahan penyamak nabati yang digunakan berasal dari tanaman Akasia (Acacia mangium Willd). Tumbuhan akasia ini mengandung tanin yang merupakan substansi utama pada proses penyamakan kulit. Tanin dari kulit kayu akasia ini pun sudah diperdagangkan, dan dipasarkan dengan paten mimosa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan penyamak nabati yang berasal dari kulit kayu akasia (mimosa) terhadap mutu fisik kulit tuna tersamak dan mencari konsentrasi terbaik dari penggunaan mimosa. Tahapan proses penyamakan kulit ikan tuna adalah sebagai berikut: pengapuran, pembuangan kapur dan pengikisan protein, pengasaman, penyamakan krom, netralisasi, pengetaman, penyamakan ulang (perlakuan mimosa 5%, 10% dan 15%), pengecatan dasar dan peminyakan, pementangan, pelembaban, pementangan kembali dan penyeterikaan. Setelah itu, kulit yang sudah tersamak dilakukan analisis fisik yang meliputi uji kekuatan tarik, kekuatan regang dan kekuatan sobek. Hasil analisis kekuatan tarik menunjukan bahwa penggunaan mimosa memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kekuatan tarik kulit tuna tersamak. Semakin besar konsentrasi mimosa yang digunakan maka nilai kekuatan tarik pun akan semakin besar. Hasil analisis kekuatan regang menunjukan bahwa penggunaan mimosa memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kekuatan regang kulit tuna tersamak. Semakin besar konsentrasi mimosa yang digunakan maka nilai kekuatan regang akan semakin kecil. Hasil analisis kekuatan sobek menunjukan bahwa penggunaan mimosa memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kekuatan sobek kulit tuna tersamak. Semakin besar konsentrasi mimosa yang digunakan maka nilai kekuatan sobek pun akan semakin besar.