Schistosoma Japonicum (Katsurada 1904) Suatu Tinjauan Masalah dan Cara Penanggulangannya di Sulawesi Tengah
Abstract
Tulisan dalam bentuk skripsi ini dihasilkan dari studi literatur yang penulis lakukan sejak pertengahan semester IX. Materi yang disajikan diperoleh dari berbagai sumber tulisan ilmiah seperti texbook, journal, majalah ilmiah maupun sumber yang penulis peroleh dari kuliah.
Schistosomiasis yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh Schistosoma japonicum (Trematoda, Schistosomatidae), yang hidup pada vena hospes. Penyakit ini merupakan masalah yang cukup rumit bagi kesehatan manusia karena berkaitan dengan hospes antara yang hidup amfibius, tingkat kebudayaan masyarakat setempat, jumlah dan jenis hewan reservo ir yang banyak serta berkaitan dengan pola hidup manusia.
Penanggulangan penyakit ini dilakukan/diusahakan secara terpadu, dengan biologi, kimiawi dan mengikut sertakan masyarakat di daerah endemik dalam rangka memutuskan daur hidup penyakit ini.
pada lemari es ataupun 0°C) sesuai dengan metoda yang dipakai. Penambahan medium krioprotektan dapat dilakukan langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) yaitu secara bertahap untuk menghindarkan kerusakan pada embrio yang disebabkan perbedaan tekanan osmotik yang besar. Konsentrasi krioprotektan yang baik dan ekonomis adalah 1,0 M untuk gliserol dan 1,5 M untuk DMSO.
Prosedur pembekuan dengan proses "cepat" memungkinkan pencairan (thawing) embrio yang telah dibekukan dapat
dilakukan menggunakan air bersuhu 25-37°C. Exosmose krioprotektan dari hasil pencairan embrio beku ini dapat dilakukan menggunakan sukrosa. Sukrosa dapat dimasukkan ke dalam straw pengemas embrio. Dengan demikian pencairan embrio beku dan exosmose krioprotektan dapat dilakukan sekaligus satu tahap (one step method) dalam straw. Hasil-hasil penelitian ini memungkinkan transfer embrio dapat dilakukan seperti cara yang digunakan dalam teknik inseminasi
buatan menggunakan semen beku.