Analisis pendapatan usaha pembenihan dan pemasaran benih ikan patin di desa Tegal Waru kecamatan Ciampea kabupaten Bogor
Abstract
Pertanian merupakan salah satu sektor penentu dalam pembangunan Indonesia sebagai negara berkembang. Sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 44,5 persen (42,3 juta orang tenaga kerja) dari total 95,1 juta tenaga kerja nasional yang terserap pada berbagai bidang pekerjaan (BPS, 2007). Perkembangan ekonomi pada triwulan III/2007 menunjukkan bahwa semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor pertanian yaitu sebesar 10,2 persen. Salah satunya adalah sektor perikanan. Peran perikanan dalam pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan produksi perikanan, meningkatkan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan kebutuhan konsumsi ikan untuk memenuhi gizi masyarakat (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2007). Salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang banyak digemari oleh masyarakat adalah ikan patin terutama di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan sehingga diperlukan suatu kegiatan usahatani ikan patin. Keberhasilan usaha ikan patin sangat ditentukan oleh input yang berkualitas yang diperoleh dari proses produksi yang baik. Salah satu input produksi tersebut adalah benih. Kualitas dan kuantitas benih ikan sangat menentukan output ikan patin yang akan dihasilkan. Apabila benih ikan patin mempunyai kualitas yang baik maka kemungkinan besar ikan patin yang dihasilkan berkualitas baik juga. Salah satu sentra produsen benih ikan patin yang potensial adalah Kabupaten Bogor. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengusaha pembesaran ikan patin atau pengusaha ikan patin konsumsi yang berasal dari luar daerah yang membeli benih ikan patin di Kabupaten Bogor khususnya Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea. Hal ini terjadi karena kualitas benih ikan patin yang relatif baik di Desa Tegal Waru. Permintaan benih ikan patin relatif tinggi sedangkan benih yang ditawarkan oleh petani di Desa Tegal Waru masih terbatas. Hal ini terjadi karena masih sedikitnya petani yang mau mengusahakan pembenihan ikan patin. Menurut Ketua kelompok tani Bina Usaha, pada akhir tahun 2008 tercatat hanya 20 orang petani yang aktif mengusahakan pembenihan ikan patin di Desa Tegal Waru. Terdiri dari 10 orang yang tergabung dalam kelompok tani Bina Usaha dan sisanya terdiri dari petani lepas yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Faktor yang membuat sedikitnya petani melakukan usaha budidaya ikan patin adalah modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini relatif besar, usahatani yang dilakukan tidak dikelola dengan manajemen keuangan yang baik sehingga pendapatan bersih dari kegiatan usahatani pembenihan benih ikan patin tidak diketahui dengan jelas. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan pendapatan usaha yang lebih baik guna mengetahui tingkat pendapatan dan efisiensi dari usaha pembenihan ikan patin di Desa Tegal Waru. Selain kegiatan usaha pembenihan ikan patin, kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang memegang peranan penting dalam menjalankan usaha pembenihan ikan patin. Pemasaran benih ikan patin tidak terlepas dari peranan lembaga pemasaran dalam menyalurkan benih ikan patin dari petani pembenihan ikan patin sebagai produsen ke petani pembesaran ikan patin sebagai konsumen. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi antara produsen benih ikan patin ke petani pembesaran ikan patin sehingga penyebaran harga dan keuntungan antar lembaga pemasaran tidak merata, akibatnya harga yang diterima petani pembenihan ikan patin menjadi rendah sedangkan petani pembesaran ikan patin sebagai konsumen harus membayar dengan harga yang cukup mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pendapatan usaha benih ikan patin di Desa Tegal Waru dan menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran benih ikan patin di Desa Tegal Waru. Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu desa Tegal Waru karena desa Tegal Waru adalah desa pertama yang mengusahakan ikan patin di Kecamatan Ciampea. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dalam penelitian ini meliputi analisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, efisiensi pemasaran. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan cabang usaha pembenihan, R/C rasio dan marjin pemasaran. Penerimaan kegiatan usaha pembenihan ikan patin di Desa Tegal Waru sebesar Rp 17.920.000 per siklus produksi. Sedangkan biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 11.059.350 dan Rp 3.099.750 per siklus produksi. Sehingga diperoleh R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1,62 per siklus usaha dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1,26 per siklus. R/C rasio atas biaya tunai dapat diartikan bahwa dari Rp 1 biaya tunai yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,62. Dan R/C rasio atas biaya total dapat diartikan bahwa dari Rp 1 biaya total yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,26. Dilihat dari nilai R/C rasio yang diperoleh tersebut, dapat dilihat bahwa kegiatan usaha pembenihan ikan patin efisien untuk dilakukan. Saluran pemasaran hasil kegiatan usaha pembenihan ikan patin di Desa Tegal Waru terdiri dari empat saluran. Saluran pemasaran tersebut yaitu (1) Petani - Pedagang Pengumpul – Petani pembesaran ikan patin; (2) Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Pengumpul Besar - Petani pembesaran ikan patin ; (3) Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Pengumpul Besar - Pedagang Pengumpul Luar Jawa - Petani pembesaran ikan patin dan (4) Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Pengumpul Besar - Pedagang Pengumpul Luar Jawa - Pedagang Pengencer Luar Jawa - Petani pembesaran ikan patin. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran benih ikan patin ini melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Namun tidak semua fungsi pemasaran tersebut dilakukan oleh semua lembaga pemasaran. Dilihat dari ketiga kriteria dalam dalam menentukan saluran pemasaran yang efisien diketahui bahwa saluran pemasaran (1) lebih efisien dibandingkan dengan saluran lainnya. Hal ini dikarenakan saluran pemasaran (1) memiliki total margin lebih kecil, nilai farmer’s share yang paling besar dan nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran benih ikan patin di Desa Tegal Waru lebih efisien pada saluran pemasaran (1).
Collections
- UT - Agribusiness [4247]