Pergeseran Perekonomian Kabupaten Ciamis Pasca Pemekaran Kota Banjar
Abstract
Kabupaten Ciamis sebagai salah satu wilayah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, memiliki letak yang sangat strategis jika ditinjau dari segi ekonomi. Berdasarkan Undang Undang No. 22 tahun 2002 terjadi perubahan struktur pemerintahan dengan pembentukan Kota Banjar yang memisahkan wilayah seluas kurang lebih 13.197,23 Ha dari Kabupaten Ciamis. Kota Banjar dibentuk dari empat kecamatan yang sebelumnya ada di Kabupaten Ciamis. Keempat kecamatan yang lepas dari Kabupaten Ciamis ini adalah Banjar, Pataruman, Purwaharja dan Langensari. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi dalam perekonomian di Kabupaten Ciamis sebelum dan setelah pemekaran Kota Banjar dengan membandingkannya terhadap perkembangan perekonomian di Provinsi Jawa Barat pada umumnya serta untuk mengetahui sektor perekonomian mana saja yang tetap tumbuh dan menjadi pemusatan dari aktivitas penciptaan nilai tambah di Kabupaten Ciamis meskipun Kota Banjar telah berdiri terpisah dari bagian Kabupaten Ciamis. Dalam skripsi ini analisis dibatasi pada pembahasan perkembangan PDRB menurut lapangan usaha di Kabupaten Ciamis dengan membandingkannya pada perkembangan PDRB secara umum di Provinsi Jawa Barat. Lapangan usaha yang digunakan adalah berdasarkan sembilan lapangan usaha. Selanjutnya untuk mengetahui pergeseran perekonomian pasca pemekaran Kota Banjar, data yang akan diteliti dibagi menjadi dua periode yaitu sebelum Kota Banjar berdiri yaitu tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 dan setelah Kota Banjar berdiri yaitu pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2008. Metode yang digunakan untuk menganalisis pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Ciamis pasca pemekaran Kota Banjar adalah Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Klassen Typology dan analisis Shift Share (SS) baik klasik maupun dinamik modifikasi Esteban-Marquillas. Berdasarkan MRP, kondisi perekonomian Kabupaten Ciamis sebelum pembentukan Kota Banjar memiliki rasio sebesar 1,03. Hal ini berarti pada tahun 2000-2002 kondisi perekonomian di Kabupaten Ciamis memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan Jawa Barat. Pada periode pasca pemekaran Kota Banjar, terlihat bahwa MRP Kabupaten Ciamis lebih rendah dari Jawa Barat yaitu dengan rasio sebesar 0,77. Berdasarkan Klassen Typology, terdapat perubahan kategori Kabupaten Ciamis antara sebelum dan setelah pemekaran Kota Banjar. Pada periode sebelum pemekaran Kota Banjar, Kabupaten Ciamis termasuk kategori daerah sedang tumbuh, namun pasca pemekaran Kota Banjar Kabupaten Ciamis termasuk kategori relatif tertinggal. Hal ini disebabkan pada periode sebelum pemekaran Kota Banjar laju pertumbuhan Kabupaten Ciamis lebih tinggi daripada laju pertumbuhan Provinsi Jawa Barat, dengan PDRB per kapita Kabupaten Ciamis yang masih lebih rendah dibandingkan Jawa Barat. Namun, pasca pemekaran Kota Banjar laju pertumbuhan dan PDRB per kapita Kabupaten Ciamis lebih rendah dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2002, PDRB Kabupaten Ciamis mengalami pertambahan absolut sebesar 384.699 juta rupiah. Berdasarkan analisis shift share, ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan PDRB yaitu Share Regional (SR), Proportionally Shift (PS) dan Different Shift (DS). Dari ketiga faktor tersebut baik SR, PS dan DS semuannya memberikan kontribusi yang positif, dengan nilai yang terbesar diberikan oleh faktor SR. Hal ini berarti perumbuhan PDRB yang ada di Kabupaten Ciamis sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB yang terjadi di Provinsi Jawa Barat. Namun, pada periode pasca pemekaran Kota Banjar hanya komponen share regional yang memiliki kontribusi positif. PS maupun DS nilainya negatif, artinya pertumbuhan di Kabupaten Ciamis sangat bergantung pada kebijakan yang berlaku seragam di Provinsi Jawa Barat. Adapun kondisi perekonomian internal Kabupaten Ciamis masih lebih rendah dibanding Provinsi Jawa Barat. Melalui analisis shift share modifikasi Esteban-Marquillas diperoleh hasil bahwa sebelum pemekaran Kota Banjar, sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi adalah sektor pertanian, pengangkutan dan komunikasi serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada periode pasca pemekaran Kota Banjar, hanya sektor pertanian dan sektor pengangkutan dan komunikasi yang masih memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi ditambah dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Dari analisis yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Ciamis perlu mengembangkan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi. Pariwisata adalah salah satu bidang yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan di Kabupaten Ciamis. Melalui peningkatan pariwisata, akan mendorong pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Pemerintah juga perlu meningkatkan perhatiannya kepada sektor pertanian, karena sektor ini tetap memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB meskipun Kota Banjar telah memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis. Adapun langkah yang dapat ditempuh adalah dengan memusatkan perhatiannya pada proses yang mengubah struktur ekonomi, yaitu dengan meningkatkan kontribusi sektor industri secara bertahap sehingga memungkinkan pengolahan hasil-hasil pertanian agar memiliki nilai tambah yang lebih baik.