Risiko Harga Kubis dan Bawang Merah di Indonesia
Abstract
Kubis dan bawang merah merupakan jenis sayuran unggulan yang banyak ditanam oleh petani sayuran di Indonesia. Akan tetapi kedua komoditas tersebut seringkali mengalami harga yang berfluktuasi. Fluktuasi harga pada dasarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara jumlah penawaran dan jumlah permintaan yang terjadi di pasar dimana hal ini seringkali terjadi dalam jangka pendek. Harga komoditas yang berfluktuasi merupakan salah satu indikator adanya risiko yang menyebabkan terjadinya kerugian yang harus ditanggung terutama oleh petani selaku produsen yang mengusahakan kedua komoditas tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis besarnya risiko harga kubis dan bawang merah serta menganalisis alternatif solusi yang dilakukan petani selaku produsen untuk mengurangi risiko harga kubis dan bawang merah. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series harga jual dan pasokan harian dari komoditas kubis dan bawang merah sebanyak 1147 data dari Januari 2006 sampai Februari 2009 yang diperoleh dari Kantor Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis alternatif solusi yang dilakukan petani kubis dan bawang merah untuk mengurangi risiko harga. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis tingkat risiko harga kubis dan bawang merah dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan VAR (Value at Risk). Berdasarkan hasil analisis ARCH-GARCH didapatkan model yang terbaik untuk menganalisis risiko harga kubis dan risiko harga bawang merah adalah model GARCH (1,1) yang menunjukkan bahwa tingkat risiko harga kubis dan bawang merah dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga satu hari sebelumnya. Artinya peningkatan risiko harga kubis dan bawang merah periode sebelumnya, maka akan meningkatkan risiko harga kubis dan bawang merah pada periode berikutnya. Selanjutnya, dilakukan perhitungan VaR (Value at Risk) dan didapatkan hasil bahwa risiko harga kubis sebesar 13,86 persen dari total investasi (biaya tunai) yang dikeluarkan petani setelah menjual hasil panennya dalam jangka waktu penjualan satu hari, sedangkan risiko harga bawang merah sebesar 9,80 persen dalam jangka waktu periode penjualan satu hari. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa risiko harga kubis lebih tinggi dibandingkan risiko harga bawang merah. Hal ini disebabkan karakteristik dari komoditas kubis yang merupakan jenis sayuran daun yang dapat lebih cepat busuk dan mengalami penyusutan sehingga kubis tidak dapat disimpan lebih lama untuk menunggu harga jual yang lebih tinggi. Selain itu, permintaan konsumen terhadap kubis relatif stabil karena kubis bukanlah jenis sayuran yang sering digunakan masyarakat setiap harinya seperti halnya cabe dan bawang merah Disamping itu, komoditas kubis juga umumnya masih belum banyak digunakan sebagai bahan baku oleh perusahaan atau industri pengolahan. Hal ini mengakibatkan harga kubis dapat turun secara tajam jika terjadi kelebihan pasokan, karena kelebihan pasokan tersebut tidak dapat langsung terserap oleh pasar. Untuk menghadapi besarnya risiko harga yang harus ditanggung petani, maka salah satu tindakan yang dilakukan oleh petani adalah melakukan diversifikasi usahatani pada lahannya. Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko yang mungkin dihadapi petani jika hanya menanam komoditas tunggal. Petani kubis melakukan diversifikasi usahatani dengan tanaman lainnya seperti kentang dan bawang merah yang dilakukan secara monokultur serta cabe, tomat, sawi, wortel, dan sebagainya yang dilakukan dengan cara tumpangsari. Sementara itu, petani bawang merah umumnya melakukan diversifikasi dengan cara tumpang sari dengan tanaman cabe, kedelai, kacang tanah, kacang merah, jagung dan sebagainya serta melakukan pergiliran tanam dengan tanaman padi. Diversifikasi usahatani yang dilakukan petani selama ini dirasakan belum cukup efektif untuk mengurangi fluktuasi harga kubis maupun bawang merah. Hal ini dikarenakan umumnya petani melakukan diversifikasi usahatani sesuai dengan selera, keahlian dan keinginan petani terhadap komoditas tertentu tanpa memperhitungkan dan menyesuaikannya dengan jumlah kebutuhan konsumen. Selain itu, dalam melakukan diversifikasi, petani cenderung lebih banyak menanam suatu komoditas relatif terhadap komoditas lain yang ditanam dalam satu lahan dengan pertimbangan harga produk pada masa panen sebelumnya. Jika harga kubis maupun bawang merah pada masa tanam sebelumnya tinggi, maka petani akan berlomba-lomba ikut menanam komoditas tersebut lebih banyak relatif terhadap komoditas lain sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan harga jatuh dan menyebabkan petani rugi. Berdasarkan besarnya risiko harga kubis dan bawang merah, maka alternatif solusi yang dapat dilakukan petani selaku produsen untuk mengurangi risiko harga kubis dan bawang merah yakni (1) petani sebaiknya melakukan pengaturan pola tanam sesuai dengan saran yang direkomendasikan oleh pemerintah daerah setempat. Adanya pengaturan pola tanam antar daerah sentra produksi, diharapkan dapat mengatur jumlah produksi agar sesuai dengan kebutuhan pasar. (2) Mengaktifkan dan mengefektifkan peran kelembagaan kelompok tani yang secara tidak langsung dapat mengurangi risiko harga kubis maupun bawang merah karena petani dapat melakukan kontrak dengan pihak lain atau membuat suatu usaha kecil yang berbahan baku kubis maupun bawang merah, jika terjadi kelebihan produksi dan harga jual produknya rendah. Disamping itu, adanya kelompok tani juga dapat dijadikan wadah untuk diskusi dan berbagi pengalaman antar petani khususnya dalam pengaturan penanaman suatu komoditas diantara anggota kelompok tani di suatu daerah. Lebih lanjut, adanya kelompok tani juga dapat mempermudah aksesibilitas petani terhadap lembaga permodalan terutama bantuan-bantuan pendanaan dari pemerintah yang lebih ditujukan kepada kelompok-kelompok tani dan bukan kepada petani secara perorangan dan (3) petani sebaiknya menjalin kemitraan dengan pedagang maupun perusahaan pengolahan untuk mendapatkan jaminan kepastian dalam memasarkan hasil panennya terutama jaminan harga produk ketika terjadi kelebihan hasil produksi saat panen raya.
Collections
- UT - Agribusiness [4624]