Analisis Risiko Produksi Daun Potong Di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Abstract
Perkembangan dunia agribisnis yang dijadikan andalan dalam pergerakan perekonomian Indonesia akan semakin baik dan menarik sejalan dengan berkembangnya animo masyarakat terhadap kegiatan agribisnis secara luas. Salah satu produk subsektor agribisnis yang cukup menjanjikan adalah hortikultura. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan petani, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Salah produk hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional adalah tanaman hias. Tanaman hias (florikultur) merupakan komoditas yang sangat khas, dimana para pengusahanya dituntut untuk lebih memberikan perhatian khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas keterampilan seni, keterampilan dalam hal penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi atau pemasaran. Para pengusaha tanaman hias juga dituntut untuk dapat memperdagangkan hasil produksinya dalam keadaan baik dan segar, serta menampilkan bentuk dan warna produksinya yang secara artistik mampu menarik calon konsumen. Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Daun yang dihasilkan tanaman hias umumnya berupa daun potong dan tanaman hias daun dalam pot (potted plant). Seiring dengan pesatnya perkembangan trend tanaman hias membuat tanaman hias daun mulai banyak disukai oleh masyarakat. Penampilan bentuk yang beraneka ragam, corak warna daun yang bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen tanaman hias. Daun potong adalah tanaman hias daun yang dimanfaatkan daunnya untuk pelengkap rangkaian bunga. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha daun potong adalah PT Pesona Daun Mas Asri yang dikenal dengan PT PDMA. PT PDMA dalam mengembangkan usahanya memiliki risiko yang dihadapi yaitu risiko produksi. Risiko produksi bisa di akibatkan oleh kondisi cuaca yang tidak pasti dan serangan hama penyakit yang sulit diduga sebelumnya. Pada musim hujan produk yang dihasilkan cukup baik karena kebutuhan akan air dapat tercukupi, namun saat musim kemarau datang kebutuhan akan air kurang tercukupi sehingga dapat menyebabkan daun tidak dapat berproduksi dengan baik, selain itu pada saat musim kemarau kondisi tanaman sangat rentan terhadap sinar matahari yang berlebih yang bisa mengakibatkan daun menjadi kering seperti terbakar. Adanya risiko produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap pendapatan yang akan diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh PT PDMA dan menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi daun potong di PT PDMA. Produk yang dikaji adalah daun potong jenis Asparagus bintang dan Philodendron marble. Hal ini disebabkan karena jenis tersebut merupakan komoditas unggulan perusahaan dan banyaknya permintaan selain itu luasan lahan yang diusahakan untuk komoditas ini lebih besar dari pada jenis yang lain. Data yang digunakan adalah data produksi dari tahun 2007-2008. 3 Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Penelitian ini akan dilaksanakan pada perusahaan PT Pesona Daun Mas Asri (PT PT PDMA). Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Hasil analisis risiko menunjukkan adanya risiko produksi pada usaha daun potong. Adanya risiko produksi disebabkan oleh faktor iklim atau cuaca, tingkat kesuburan lahan serta serangan hama penyakit. Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh dari Asparagus bintang dan Philodendron marble. Philodendron marble mempunyai nilai variance yang lebih tinggi dibandingkan dengan Asparagus bintang yaitu 0.48. Demikian halnya dengan nilai standart deviation pada Philodendron marble mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan Asparagus bintang yaitu 0.69. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan Expected return. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa Asparagus bintang mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan Philodendron marble. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu satuan yang dihasilkan ternyata Philodendron marble menghadapi risiko produksi yang lebih tinggi dibandingkan Asparagus bintang. Menurut informasi di lapangan menunjukkan bahwa Philodendron marble sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Karena apabila musim kemarau tiba tanaman ini rentan terhadap sinar matahari yang berlebih yang bisa mengakibatkan daun menjadi layu dan menguning seperti terbakar dan tanaman ini harus cukup akan kebutuhan air pada media tanam. Pada saat musim kemarau tiba, perusahaan menanggulanginya dengan memberikan penyiraman dua kali sehari atau sesuai dengan kelembaban media tanam tetapi hal tersebut belum bisa sepenuhnya dilakukan karena perusahaan masih memiliki kendala yaitu akan kebutuhan air yang terdapat di perusahaan. Penilaian risiko spesialisasi juga dapat diukur berdasarkan pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap produksi yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung. Berdasarkan informasi di atas terlihat bahwa Asparagus bintang memiliki risiko produksi paling tinggi berdasarkan pendapatan bersih dibandingkan dengan Philodendron marble. Karena biaya yang dikeluarkan untuk Asparagus bintang relatif besar sedangkan produksinya tidak maksimal karena luasannya juga sedikit sehingga penerimaan yang diterima perusahaan relatif sedikit. Sedangkan Philodendron marble memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan Asparagus bintang. Hal ini dikarenakan produksi yang dihasilkan tinggi sehingga dapat memaksimalkan pendapatan. PT. Pesona Daun Mas Asri melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahanya. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha tersebut dinamakan dengan diversifikasi. Dengan pengusahaan secara diversifikasi maka risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Pada saat melakukan risiko portofolio, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dengan melakukan diversifikasi Asparagus 4 bintang dan Philodendron marble, ternyata lebih rendah jika dibandingkan risiko produksi tunggal yaitu produksi Asparagus bintang atau Philodendron marble. Hal tersebut menggambarkan bahwa risiko yang dihadapi perusahaan akan semakin berkurang dengan melakukan diversifikasi. Berdasarkan hasil analisis risiko yang dilakukan maka pada PT PDMA mengalami risiko produksi. Risiko produksi berdasarkan produktivitas yang paling tinggi terdapat pada daun potong Philodendron marble. Sedangkan risiko produksi berdasarkan pendapatan bersih daun potong Asparagus bintang mengalami risiko yang paling tinggi. Selain melakukan kegiatan spesialisasi perusahaan pun melakukan kombinasi penanaman yang dinamakan diversifikasi. Dengan pengusahaan secara diversifikasi maka risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Dari hasil analisis risiko portofolio menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi. Strategi yang dilakukan oleh PT PDMA untuk dapat mengatasi risiko yang ada yaitu dengan diversifikasi dan pola kemitraan. Agar dapat meminimalkan risiko produksi sebaiknya perusahaan lebih dapat mengenali risiko yang terjadi. Agar risiko yang ditimbulkan tidak terlalu besar lagi sebaiknya perusahaan melakukan penanaman dengan mengkombinasikan jenis tanaman yang berbeda yang tidak rentan terhadap hama dan penyakit atau dengan tanaman yang bisa menghambat perkembangan populasi hama dan penyakit.Untuk dapat mengantisipasi terjadinya musim kemarau yang panjang sebaiknya perusahaan perlu memperbaiki sistem pengairan yang ada sehingga tidak ada kendala lagi akan kebutuhan air. Selain itu perlu adanya perbaikan terhadap naungan atau Shading house yang rusak agar lebih dapat mengantisipasi sinar matahari berlebih.
Collections
- UT - Agribusiness [4248]