Analisis penawaran crude palm oil (CPO) Indonesia: Pendekatan error correction model
Abstract
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki pengaruh yang cukup besar selain karet dan kakao. Tanaman ini menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia yang menghasilkan devisa negara selain dari Minyak dan Gas (Migas). Produk kelapa sawit yang di ekspor adalah dalam bentuk minyak kelapa sawit (CPO) atau minyak biji kelapa sawit (KPO). Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia memang merupakan salah satu penghasil devisa terbesar dikarenakan harganya yang relatif tinggi di pasar dunia. Selain peluang ekspor yang semakin besar, pasar CPO di dalam negeri juga sangat luas. CPO dibutuhkan oleh berbagai industri sebagai bahan baku seperti industri minyak goreng, lemak khusus (cocoa butter substitute), margarine/shortening, oleokimia dan sabun mandi. Beberapa tahun terakhir CPO juga sangat diminati dunia termasuk Indonesia sebagai bahan baku untuk Bahan Bakar Nabati (BBN), yaitu biodiesel. Biodiesel ini diharapkan dapat menjadi bahan bakar pengganti solar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran CPO Indonesia, dan menganalisis pengaruh perubahan faktor-faktor tersebut terhadap tingkat penawaran CPO Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode Error Correction Model (ECM) karena dapat menggabungkan efek jangka pendek dan jangka panjang. Analisis ECM dilakukan dengan menggunakan software E-views 6 dan Microsoft Excel 2007. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series tahunan dari tahun 1980-2007 yaitu data produksi CPO Indonesia sebagai proxy dari penawaran CPO Indonesia, luas areal perkebunan kelapa sawit, harga CPO dalam negeri, harga solar dan nilai tukar. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan persamaan jangka pendek dapat diketahui bahwa variabel produksi CPO 1 tahun sebelumnya, luas areal perkebunan kelapa sawit, luas areal perkebunan kelapa sawit 1 tahun sebelumnya, harga solar, dan harga solar 2 tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel penawaran CPO Indonesia pada taraf nyata 10 persen. Sedangkan variabel harga domestik dan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan. Nilai koefisien Error Correction Term (ECT) sebesar -0,89 menunjukkan bahwa disequilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang sebesar 0,89 persen. ECT menunjukkan seberapa cepat equilibrium tercapai kembali ke dalam keseimbangan jangka panjang. 2 Berdasarkan persamaan jangka panjang dapat diketahui bahwa variabel luas areal kelapa sawit, harga domestik CPO, nilai tukar dan harga solar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penawaran CPO Indonesia pada taraf nyata 10 persen. Nilai elastisitas penawaran CPO dapat dilihat dari nilai dugaan parameter pada model estimasi. Berdasarkan nilai tersebut diketahui ternyata respon semua variabel bebasnya terhadap penawaran CPO Indonesia adalah inelastis karena nilai mutlak dugaan parameternya kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa penawaran CPO Indonesia kurang responsif terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel bebasnya, sehingga apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel tersebut tidak akan menimbulkan gejolak yang besar terhadap tingkat penawaran CPO. Sebagai salah satu komoditi yang penting dalam perekonomian, pemerintah diharapkan memperhatikan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap penawaran CPO tersebut, terutama terkait harga domestik. Saat ini harga domestik CPO cenderung mengikuti pergerakan harga CPO internasional. Oleh karena itu pemerintah diharapkan dapat meningkatkan bargaining position sebagai negara yang memiliki areal perkebunan dan produksi CPO terbesar di dunia sehingga harga CPO domestik tidak terpengaruh bahkan menjadi patokan bagi harga CPO internasional.