Perencanaan usahatani terpadu melalui model optimalisasi program linier di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
View/ Open
Date
1998Author
Fitria, Inneke
Made, Kartika Widjaja
Jayadi, Sudarsono
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi pada bulan Juni hingga September 1998.
Kecamatan Cicurug memiliki produktivitas yang tinggi dalam sektor pertanian namun masuknya kawasan industri dan pemukiman menyebabkan nilai lahan (termasuk lahan pertanian) semakin mahal dan potensi sumberdaya manusia beralih ke sektor industri sehingga menimbulkan kelangkaan tenaga kerja manusia di sektor pertanian. Salah satu usaha untuk mendapatkan hasil optimal dengan keterbatasan sumberdaya, petani melakukan usahatani terpadu yaitu kombinasi tanaman pangan maupun pakan ternak, ikan dan ternak dalam satu lahan.
Penelitian ini bertujuan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani maupun wilayah melalui perencanaan model optimalisasi, yaitu menentukan alokasi sumberdaya secara optimal yang dimiliki petani dan wilayah dalam menjalankan kegiatannya.
Penelitian ini menggunakan metode program linier. Data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari survei rumah tangga petani,
data sekunder berasal dari berbagai sumber baik pustaka maupun instansi yang terkait. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa petani dalam mengelola usahatani yang dilakukan belum mencapai pola optimal, artinya belum memberikan pendapatan bersih maksimum yang dapat dicapai sesuai dengan sumberdaya yang ada. Pendapatan bersih dengan pola optimal meningkat rata-rata sebesar 11,25% (lahan basah) dan 90,59% (lahan kering). Sedangkan di tingkat wilayah pendapatan bersih dengan pola optimal yang didapat dari sektor pertanian yaitu Rp 310.433.010,00/tahun pada lahan basah dan lahan kering (dengan asumsi modal berasal dari subsidi pemerintah), dan Rp 7.308.467.835,00/tahun pada lahan basah dan kering (dengan modal petani). Sedangkan pada lahan tidur, dengan pola optimal pendapatan bersih yang diperoleh yaitu Rp 151.256.300,00/tahun (dengan asumsi modal berasal dari subsidi pemerintah) dan Rp 7.914.865.000,00/tahun (dengan modal petani).
Sumberdaya pembatas yang dihadapi oleh petani maupun wilayah antara lain modal, lahan, ternak domba, ternak kambing dan tenaga kerja keluarga pada bulan- bulan Oktober, November, Desember, Februari, Maret, Mei, Juni, Juli, dan September.
Collections
- UT - Agribusiness [4522]