Pengujian metode line sampling metode two stage sampling dengan satuan contoh point sampling dalam pendugaan potensi tegakan : studi kasus tegakan hutan pendidikan Gunung Walat, Sukabumi
View/ Open
Date
2003Author
Rahmat, Dindin Apipudin
Sutarahardja, Suwarno
Metadata
Show full item recordAbstract
Bambu tergolong hasil hutan yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan dan alternatif pengganti kayu. Beberapa pemanfaatan bambu antara lain untuk tanaman hias, peralatan pertanian, bahan baku kertas, kerajinan tangan, bahan bangunan dan untuk jenis bambu tertentu, rebungnya untuk jenis bambu tertentu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. Penelitian penelitian untuk meningkatkan nilai tambah dari bambu telah banyak dilakukan dan akan yang terus berkembang. Dewasa ini bambu telah dapat diterima sebagai komoditi komponen rumah, bangunan kantor, hotel, dan restoran.
Bambu tali (Gigantochloa apus) paling banyak diusahakan untuk tanaman pekarangan di desa desa karena kegunaannya yang bermacam macam. Penelitian ini masih merupakan langkah awal untuk melihat kemungkinan pemanfaatan bambu untuk dapat dijadikan produk bambu lapis. Diharapkan nantinya produk bambu lapis ini dapat digunakan sebagai substitusi kayu lapis. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang sifat fisis maupun mekanismenya.
Dalam penelitian ini, bambu tali dibelah dan dibuat sayatan sayatan dengan ukuran sayatan 1 cm, 2 em. 3 cm. yang terdiri dari sayatan kulit bambu dan hati bambu. Perekat yang digunakan adalah UF. Sifat sifat fisis yang diuji meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan dimensi, sedangkan sifat mekanis yang diuji adalah sifat keteguhan rekat. Untuk mengetahui pengaruh ukuran sayatan dan pola bambu lapis terhadap sifat fisis dan keteguhan rekat digunakan analisis rancangan acak lengkap dengan 3
ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan bambu lapis bervariasi, mulai dari 0.64 g/cm³ (A4B3) sampai 0.935 g/cm³ (A2B2). Nilai kerapatan bambu lapis dipengaruhi oleh nilai kerapatan bambu itu sendiri. Pengaruh mudah tidaknya penyebaran perekat sangat mempengaruhi kerapatan. Untuk perekat UF saat pengempaan panas lebih mudah menyebar ke permukaan lapisan. Untuk bambu lapis nilai kerapatan belum ada batasan yang jelas untuk mengahasilkan bambu lapis berkualitas baik. Hasil sidik ragam kerapatan bambu lapis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa bambu lapis kontrol tidak berbeda nyata dengan pola lain. Perbedaan ukuran sayatan berpengaruh nyata pada selang 99% dan 95%.
Nilai rata-rata kadar air bambu lapis berkisar antara 9.89% (A2B3) sampai 10.88% (A4B1). Nilai kadar air yang diperoleh memenuhi standar kayu lapis (SNI), yaitu tidak lebih dari 14%. Untuk kayu lapis pola kontrol KA paling tinggi 10.69%, pola anyaman 10.6%, pola rekatan 10.44%, dan pola kombinasi 10.88% Berdasarkan sidik ragam kadar air (Lampiran 2) diperoleh hasil bahwa pola bambu lapis kurang nyata mempengaruhi nilai kadar air, sedangkan ukuran sayatan sangat nyata mempengaruhi nilai kadar aır Berdasarkan hasil penelitian Nurfaridah (2002), bambu lapis dengan anyaman mempunyai nilai kadar air 11.45% dan 11.30%. Nilai ini lebih tinggi dibanding pola anyaman dengan menggunakan anyaman kulit bambu. ...
Collections
- UT - Forest Management [3062]