Studi perbandingan beberapa metode penduga potensi tegakan dengan studi kasus pendugaan potensi tegakan hutan pendidikan gunung walat, Sukabumi
Abstract
Kondisi hutan yang semakin hari semakin memburuk sebagian besar disebabkan tidak sesuainya
rencana pengelolaan hutan dan pelaksanaannya di lapangan. Untuk mengelola hutan dengan baik
diperlukan rencana pengelolaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapangan yang sebenarnya. Informasi
tentang kondisi tegakan hutan dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan inventarisasi hutan.
Inventarisasi hutan merupakan kegiatan mengumpulkan data mengenai keadaan hutan, dan mempunyai
tujuan utama yaitu memperoleh data mengenai massa tegakan atau nilai pohon berdiri pada suatu tegakan
hutan dengan seakurat mungkin dengan waktu dan biaya terbatas. Berbagai metode, baik yang berkaitan
dengan teknik penarikan contoh maupun yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran contoh, dapat
digunakan dalam kegiatan inventarisasi hutan. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menduga
potensi tegakan pada Hutan Pendidikan Gunung Walat antara lain metode Systematic Line Sampling.
metode Line Plot Sampling, dan metode Two Stage Sampling.
Dari ketiga metode yang digunakan akan dilakukan pengujian antar metode untuk melihat efektifitas dari metode Line Plot Sampling dan metode Two Stage Sampling, dibandingkan dengan metode Systematic Line Sampling dengan studi kasus menduga potensi tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Diharapkan metode Line Plot Sampling dan metode Two Stage Sampling tersebut mampu menggantikan metode Systematic Line Sampling, karena metode Line Plot Sampling dan metode Two Stage Sampling memiliki ruang kerja yang lebih sempit.
Metode Systematic Line Sampling mempergunakan jalur sebagai petak contohnya dengan lebar tiap jalur sebesar 20 meter. Penempatan jalur awal dilakukan secara acak, dilanjutkan dengan penempatan jalur selanjutnya secara sistematis.
Metode Line Plot Sampling mempergunakan petak contoh berbentuk lingkaran (plot) berukuran 0,05
hektar, dengan jarak antar plot sebesar 50 meter. Plot-plot tersebut dibuat didalam jalur yang telah ditentukan terlebih dahulu, dan plot tersebut dibuat secara sistematik.
Metode Two Stage Sampling menggunakan petak ukur berbentuk lingkaran (plot) berukuran 0,05 hektar Dalam Sutarahardja (1999) dijelaskan bahwa pada Two Stage Sampling, populasi yang dihadapi dibagi kedalam sampling unit-sampling unit secara bertingkat. Sampling unit yang diambil pada tahap pertama (primary unif) dapat berupa jalur ukur, dan sampling unit yang diambil pada tahap kedua (secondary unit) dapat berbentuk petak ukur lingkaran/plot. Dari seluruh unit contoh primer yang diperoleh dipilih sejumlah n unit contoh secara acak, yang kemudian dibagi lagi kedalam unit contoh sekunder sebanyak m unit contoh.
Collections
- UT - Forest Management [3068]