Infeksi koksidia pada beberapa spesies ruminansia liar yang dipelihara di taman safari indonesia
View/ Open
Date
1989Author
Husen, Surtikanti
Soekardono, Soeprapto
Aliambar, Sabdi Hasan
Metadata
Show full item recordAbstract
Akhir-akhir ini satwa liar yang dipelihara banyak menarik perhatian masyarakat. Hewan-hewan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, misalnya sebagai hewan tunggangan, hewan sirkus, atau hewan peliharaan pribadi.
Di Indonesia, pemerintah telah melakukan usaha perlindungan dan pelestarian satwa liar tersebut, antara lain dengan mendirikan kebun binatang dan mengadakan suaka marga satwa. Pihak swastapun diberi kesempatan untuk turut berperan. misalnya dengan berdirinya Taman Safari Indonesia (TSI) sebagai bentuk lain dari kebun binatang. TSI mempunyai ber- bagai macam spesies satwa liar yang terus bertambah ragamnya, 22 spesies di antaranya termasuk ordo Ruminansia. Hewan- hewan tersebut dibiarkan bebas berkeliaran di alam terbuka yang disesuaikan dengan kondisi asalnya.
Usaha pemeliharaan satwa liar tersebut di daerah yang terbatas ternyata menyebabkan timbulnya penyakit yang semula bukan masalah pada habitat asalnya, tetapi menjadi masalah yang cukup serius ketika hewan-hewan tersebut dipelihara di tempat terbatas. Di antaranya adalah koksidiosis.
niversi Koksidiosis merupakan penyakit yang menyerang saluran pencernaan, terutama usus. Pada sapi, penyakit ini terutama menyerang hewan-hewan muda. Georgi (1985) menyatakan bahwa spesies koksidia cenderung terdapat pada induk semang terten- tu, tetapi satu induk semang dapat diinfeksi oleh beberapa spesies koksidia.
Koksidia mempunyai stadium pertumbuhan di dalam tubuh induk semangnya (stadia endogen) dan di luar tubuh induk semangnya (stadia eksogen). Stadia endogen mencakup baik sta- dium aseksual (merogoni) maupun seksual (gametogoni). Stadia eksogen berupa stadia sporogoni. Pada stadia ini akan dihasilkan ookista yang bersporulasi dan merupakan bentuk yang infektif.
Identifikasi koksidia pada hewan liar biasanya dilakukan secara sederhana, yaitu dengan melihat morfologi ookista. Identifikasi secara lengkap membutuhkan informasi ten- tang waktu sporulasi, skizogoni dan gametogoni, tipe induk semang, induk semang lain yang dapat terinfeksi, lokasi, penyebaran secara geografis, patogenitas, transmisi silang, dan prevalensinya (Levine dan Ivens, 1970)…dst